tag:blogger.com,1999:blog-6985254851874630438.post8270808292424880172..comments2023-10-24T14:08:07.229+07:00Comments on nazura gulfira: The Changing Colours: BlueNazura Gulfirahttp://www.blogger.com/profile/15191617623341020558noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-6985254851874630438.post-40732396179236781272016-10-22T21:12:33.037+07:002016-10-22T21:12:33.037+07:00Salam kenal, Mbak Zu, aku Fibri. Kalau nggak salah...Salam kenal, Mbak Zu, aku Fibri. Kalau nggak salah ngitung sih, kayanya kita seumuran, hehe. Tapi sekarang aku masih berusaha buat lulus master sedangkan mbak udah jadi dosen :D<br />Aku nggak sengaja mampir ke blog mbak waktu baca postingan mbak tentang S3 yang ditulis setahun lalu. Dari situ aku merasa, kita punya pola pikir yang mirip. Aku kemudian lanjut baca ke tulisann mbak yg lain dan aku cengar-cengir baca tulisan mbak yg ini. <br />kenapa? hehe, karena persis sama aku. Di usia yg sama, dengan kegelisahan yang sama. Aku juga suka warna biru dari kecil, entah kenapa (walaupun sekarang aku mulai cenderung suka warna oranye sunset). Dan, aku pun pernah merasakan apa yang mbak rasakan, persis kaya di tulisan ini. Waktu aku penasaran dan akhirnya googling, aku juga "dinyatakan" depresi. Bahkan, aku menyangka aku punya kepribadian bipolar karena mood-ku bisa berubah cepat dan drastis karena hal sepele *serem kan, hehe. Tapi aku nggak mau menyerah dengan hipotesa itu (masa iya aku separah itu *pikirku). Aku teringat kalau di ilmu psikologi, banyak teori yang menggolongkan orang menjadi berbagai karakter (mis. MBTI). Akhirnya, aku mencoba teori apapun yang aku temukan untuk mengetes sebenarnya aku termasuk golongan apa *buat verifikasi aku normal atau nggak, haha* Dan alhamdulillah, aku normal kok. Tapi, memang dengan kepribadian yang, yaah, sedikit kompleks, dan terkadang orang dengan jenis sepertiku (mungkin kita) populasinya memang sedikit di dunia ini (jadi wajar aja kalau sometimes merasa seperti alien nyasar di bumi hehe). Dari sini, sedikit demi sedikit pertanyaanku terjawab (kalau di tulisan mbak dibahasakan dengan "the blue") dan aku semakin memahami "orang dengan karakter seperti apa aku ini".<br />Aku jadi penasaran, mbak lahir bulan apa ya? Apa Juli? Golongan darah apa? Apa A? Kalau iya, ya, mari terima diri kita yang apa adanya seperti ini. Hehehe. Karena kalau memang sudah berurusan dengan sifat dasar, itu memang sulit. Terkadang bahkan memang dari struktur biologisnya memang sudah seperti itu (misal, aku pernah baca artikel kenapa orang introvert itu "introvert" karena memang proporsi otak orang introvert dengan ekstrovert memang berbeda sehingga jumlah hormon dan pola pengelolaan informasinya juga berbeda). Dan banyak lagi kajian2 psikologi lainnya yang bisa menjelaskan bahwa sebenarnya kita tidak aneh, tidak sakit, hanya memang mungkin "pencilan" :) Efeknya, aku jadi bisa lebih menerima diriku sendiri dan lebih tenang. Mungkin rasa tertekan itu muncul bukan dari hal eksternal, tapi bisa jadi karena kita ternyata masih kurang memahami diri kita sendiri, karakter kita, konsekuensi dari kelebihan dan kekurangan kita. Kalau dasarnya hormon kita emang lebih banyak menghasilkan "the blue" misalnya, langkah pertama mungkin dengan menerima dengan lapang dada selanjutnya menyiasati agar tidak merugikan diri sendiri atau orang lain. Karena setelah sekian lama aku bergulat dengan "the blue" ini, dan merutuki kehadirannya, rasanya malah semakin berat. *duh kalau diterusin bisa panjang ni, hehe, maaf ya mbak.<br />Sejujurnya, saya senang ternyata saya merasa nggak sendiri. <br />Keren mbak tulisannya. Semoga someday bisa ketemu langsung dan ngobrol2 :)<br />Ganbatte kudasai. Maaf kalau panjang banget ini, heheJulia Vanalikahttps://www.blogger.com/profile/17265283163082832126noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6985254851874630438.post-63382295445352053192016-09-29T19:19:51.568+07:002016-09-29T19:19:51.568+07:00<3<3Anonymoushttps://www.blogger.com/profile/03730298366704083415noreply@blogger.com