Stories in September (Part Two)

Rasanya kata - kata "time flies so fast" itu enggak hanya berlaku di penghujung tahun, tetapi juga di penghujung bulan. Buktinya aja perjalanan saya dan beberapa sahabat saya ke Semarang pada awal bulan ini terasa begitu cepat berlalu. Eh, tau - tau udah mau ganti bulan aja besok. September ini memang banyak sekali memberikan cerita untuk saya, mulai dari senang, sedih, capek, sampai perasaan excited ada semua di bulan ini. Oke.. cukup deh intronya, karena inti dari postingan ini bukan menceritakan hal tersebut hehe. Let's jump to the main stories!



Niat untuk pergi liburan bareng bersama beberapa sahabat kecil saya memang sudah direncanakan sejak lama, sampai udah berganti tempat tujuan beberapa kali. Akhirnya setelah berdiskusi, kayanya yang paling mungkin untuk dilakukan selama empat hari adalah Semarang (ditambah dengan one day trip ke Solo). Apalagi ada salah seorang sahabat kami yang tinggal disana juga, jadi bisa lebih banyak menjelajah kota ini karena langsung ditemani oleh local guide (walaupun pada kenyataannya hanya pada malam hari aja kami ditemani karena enggak bisa pulang kerja lebih cepat huhu). Tapi justru sebenarnya karena begitu, kami jadi mendapatkan pengalaman yang "aya - aya wae". Mulai dari kebodohan saat naik angkot malam hari buat balik ke hotel yang taunya malah berujung nyarter angkot dan dibawa sampe ke komplek perumahan dan pasar kambing segala. Terus gara - gara peristiwa itu, akhirnya daripada salah angkot lagi jadinya besok harinya kami bolak - balik memesan taksi "burung biru" untuk mengantar-jemput kami dari satu tempat ke tempat lainnya (baca: mulai dari kuil Sam Poo Kong, Kota Lama Semarang hingga Mesjid Agung).    


At Nuri Street. There are many interesting things, such as street arts and beautiful urban decays.


One of the stalls at Semawis Night Market




My favorite corner at Noeri's Cafe

Karena ngerasa masih kurang banget menjelajahi Semarang dan sekitarnya, saya sempat agak males untuk pergi ke Solo. Tapi kemalesan saya itu mendadak hilang ketika sahabat saya mengajak untuk mampir ke Katep Pass dulu dalam perjalanan kami ke Solo untuk melihat sunrise disana. Konon katanya sih kalau lagi beruntung (enggak banyak kabut), ketika melihat matahari terbit dari Katep Pass itu dapat terlihat penampakan lima buah gunung yang ada di sekitarnya. Nahh tapi masalahnya adalah malam sebelumnya itu kami jalan - jalan keliling Semarang sampai malam hari, dan ditambah sahabat saya yang menyetir itu kecapekan kerja juga sehari sebelumnya. Alhasil, kami pun telat berangkat setengah jam dari waktu yang kami tentukan.. dan jawabannya pun udah ketebak dong ya. Ketika sampai di puncaknya, matahari sudah menampakkan diri. Tapiii enggak menyesal sama sekali, karena memang bagusss pemandangannya dan ditambah udaranya yang dingin cukup membuat kami terbangun karena saking dinginnya!






Terakhir saya ke Solo itu waktu masih kuliah di tingkat awal, dan saat itu saya merasa enggak banyak hal menarik di kota ini selain batiknya. Makanya saya cukup kaget ketika kemarin datang kesini, ternyata banyak banget hal menarik yang saya lihat baik di jalan maupun saat berkunjung ke beberapa tempat disana. Apalagi ketika berkunjung ke Pasar Triwindu. Kalau bukan karena masih inget harus berhemat, PASTI KALAP BANGET! Pertama kali datang ke pasar ini, saya dibuat kaget lagi. Saya memang jarang mengecek foto atau gambar suatu tempat yang udah pasti akan saya kunjungi. Nah begitu juga dengan pasar ini. Di pikiran saya sebelumnya, pasar ini pasti kurang lebih mirip dengan pasar - pasar barang bekas lainnya. Dan ternyataa, saya harus mengakui bahwa pasar ini adalah pasar barang bekas terapih dan terbikin-mupeng yang pernah saya datangi di Indonesia! *sambil napsu ngetiknya*. 

Selain pasarnya, saya juga berkunjung ke beberapa tempat makan disana. Yang pertama adalah Kafe 3 Tjeret. Satu hal yang membuat saya kagum dengan tempat ini adalah dibalik desainnya yang sangat artsy dan modern, makanan dan minuman yang disediakan disini adalah makanan tradisional khas Solo dan dijual dengan harga yang enggak kalah murahnya dengan yang dijual pada umumnya. Sedangkan satu tempat makan lainnya adalah Wedangan Pendopo. Penampakkan dari luarnya aja udah membuat saya penasaran dengan dekorasi dalamnya. Karena memang kata teman saya, bule - bule yang datang ke Solo sering dibawa ke tempat ini dan mereka suka! Dan saat saya datang kesana pun, saya bisa mngerti kenapa mereka suka. Ya wong memang tempatnya nyaman banget untuk nongkrong lama - lama, apalagi sambil minum wedangan dan ditemani dengan pisang gorengnya. Nyummy! Oh iya, petualangan kami pun diakhiri di tempat ini setelah sekitar tiga jam nongkrong sambil bermain congklak dan UNO. Setelah itu kami pulang ke Semarang dan besok paginya naik kereta untuk kembali ke Jakarta. And that's the end of this September's Stories. See you in October's!


A very unique seller at Triwindu Market


The best thing that accompanied us during our journey: UNO! 

2 Comments

  1. Mbak, pedagang yang pake topi (unique seller) itu mirip banget ama Rano Karno yak?
    Nice posting, nice pics, huhuhu...aku juga jd mupeng ke Solo...aakkk...

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh iya juga ya mba! aku sempet mikir ini mirip siapa yaa tapi ga nemu jawabannya haha. makasii mbaa.. ke solo mba, apalagi ke triwindu nya. highly recommended! :D

      Delete

Post a Comment