Di saat - saat seperti ini (baca: beberapa bulan enggak melakukan perjalanan jauh dan belum ada rencana untuk traveling di akhir tahun), salah satu hal yang bisa membuat hati saya adem dan sekaligus untuk meredam wanderlust yang melanda adalah dengan membuat postingan #throwback. Kali ini saya akan membahas perjalanan saya di Tokyo sekitar lima bulan yang lalu, yang belum sempat saya ceritakan disini, namun sudah kehilangan mood untuk menulis karena sudah teralihkan dengan postingan #ROH. Ha! Jadi sebelum mood saya kembali menghilang, saya akan mulai menyicil hutang cerita perjalanan di Tokyo. Dikarenakan begitu banyak tempat yang dikunjungi dan hal yang menarik untuk diceritakan, maka saya memulainya dari yang termasuk favorit saya dulu yaa :3
• Shibuya Publishing and Bookseller •
Melihat proses pembuatan roti di sebuah toko roti itu bagi saya adalah suatu hal yang biasa, karena sudah banyak toko roti yang memiliki konsep seperti itu. Bagaimana dengan melihat proses produksi buku di sebuah toko buku? Pertama kali membaca sebuah artikel di Kinfolk tentang sebuah toko buku yang memproduksi buku - bukunya di tempat yang sama, saya langsung memasukkan Shibuya Publishing and Bookseller ini ke dalam itinerary saya. Dengan melihat proses pembuatan buku yang dapat dilihat dibalik kaca transparan yang ada di dalam toko buku, interiornya yang sangat artsy, koleksi buku bahasa Inggris yang cukup banyak, serta pernak - pernik lucu lainnya yang dijual, tempat ini memang one of a kind dan recommended buat dikunjungi ketika kamu main ke Tokyo. Dengan jalan kaki sekitar 15 - 20 menit dari Yoyogi Park, kamu bisa menemukan tempat ini di sebuah neighbourhood yang memiliki suasana sangat berbeda dibandingkan pusat kota Shibuya.
• Loft Shibuya •
"General goods store for daily living that makes lifestyles more complete". Berdasarkan kunjungan saya ke tempat ini, rasanya tagline tersebut enggak berlebihan, dan bahkan sangat tepat untuk mewakili Loft. Saya enggak tau bagaimana di cabang lain, tapi yang jelas the specialist in lifestyle goods ini memiliki produk yang sangat lengkap di Shibuya. Bayangkan aja, sebuah bangunan dengan tujuh lantai yang menjual segala macam barang mulai dari stationary, interior, homewares, craft, decoration, and other variety goods, you name it! Terdengar bikin kalap banget kaan?! Sayangnya begitu melihat harga yang tertera di rak, segala kekalapan saya langsung hilang. Haa! Tapi sebenarnya enggak heran sih mengingat kualitas desain dan barang yang dijual pun juga tinggi.
• Santa Monica Crepes •
Jadi ceritanya, saya udah terobsesi dengan crepes ini karena melihat foto - foto cantik dari beberapa fotografer dan blogger favorit saya. Karena penasaran dengan display-nya yang sangat menggoda, saya yang saat itu sebenarnya hanya lapar mata akhirnya kalap membeli crepes yang isinya brownies, custard, whipped cream dan oreo. Wuih, kedengarannya aja udah bikin kenyang yaa! Makanya, begitu saya melihat "bentukan aslinya", saya langsung menyesal. Dan belum sampai gigitan ketiga, saya udah enggak kuat memakannya karena terlalu eneg! Mungkin bagi kamu yang tetap penasaran ingin mencoba, sebaiknya memilih topping yang enggak banyak macamnya. Oh iya, sebagai para penggemar bubble tea, saya dan adik saya tidak merekomendasikan bubble tea yang dijual disana. Selain karena rasanya yang hambar (bukan karena kurang manis loh ya), there's something wrong with the bubbles.
• Purikura •
Walaupun saya bukanlah pengguna dan (apalagi) penggemar dari beauty photo, serta enggak pernah tertarik untuk mengunduh aplikasi 360 atau sejenisnya di hp saya, tetapi rasanya saya akan melewatkan sebuah pengalaman menarik di Jepang tanpa menyempatkan ke Purikura. Sekilas, enggak ada yang berbeda antara booth di Purikura dan foto box di Indonesia, kecuali tampilan foto para wanita cantik di setiap booth-nya. Perbedaannya baru terlihat ketika waktu mengedit foto yang menyediakan berbagai aplikasi untuk mempercantik wajah kita, mulai dari membesarkan mata, mencerahkan warna kulit sampai memberikan warna menarik pada bibir. Bagi kamu - kamu yang mau merasakan sensasi bergaya sebagai ABG labil tanpa merasa malu (ha!), Purikura ini dapat ditemukan di berbagai tempat di Tokyo, termasuk salah satunya di Takeshita-dori, Harajuku.
• Shimokitazawa •
Terlepas dari letaknya yang cukup jauh dari Shibuya (daerah dimana saya menginap selama enam hari) dan mengharuskan saya untuk membeli tiket kereta khusus Metro karena stasiunnya enggak dilalui oleh kereta JR Lines, namun pada kenyataannya perjuangan saya datang ke distrik ini enggak berujung penyesalan sedikit pun. Bukan hanya karena Shimokitazawa terkenal sebagai a heaven for all things vintage, tetapi neighbourhood ini juga dipenuhi oleh tempat - tempat kreatif dan suasananya yang sangat berbeda dari daerah lainnya di Tokyo. Sekedar saran aja, sebaiknya luangkan setengah hari supaya enggak terburu - buru dan bisa puas mengeksplore Shimokitazawa.
0 Comments
Post a Comment