Diantara berbagai tempat yang saya suka kunjungi, baik ketika berada di kota tempat tinggal saya maupun saat berkunjung ke negara lain, adalah taman publik. Pemilihan taman ini pun tergantung occasion-nya. Kalau lagi bersama teman maupun keluarga, biasanya taman yang dipilih adalah taman publik yang cenderung besar dan ramai pengunjungnya. Tapi kalau lagi pengen sendirian, biasanya saya cenderung memilih taman yang enggak terlalu ramai. Seringkali sih taman yang saya pilih ini adalah taman dekat dengan tempat tinggal saya. Saya cukup beruntung, karena hampir setiap kali saya tinggal di sebuah kota, selalu berdekatan dengan sebuah taman yang enggak terlalu ramai oleh pengunjung.
Dulu, sewaktu masih kecil, ada sebuah taman di dekat rumah orang tua saya yang cukup sering saya kunjungi setiap sore; baik bersama dengan kedua adik saya maupun seorang diri. Padahal taman tersebut enggak luas. Dibilang bagus pun, enggak juga. Satu - satunya yang menarik dari taman ini adalah sebuah ayunan tua yang sering saya mainkan, sekalipun ketika kursi ayunan tersebut sudah bolong dan harus dilapisi kayu supaya bisa diduduki. Biasanya saya berkunjung ketika hari sudah mulai sore, saat paparan sinar matahari udah enggak terlalu menyengat dan angin sepoi - sepoi mulai terasa. Hal yang saya lakukan pun hanya sekedar duduk di ayunan tersebut sambil menengadahkan kepala saya ke atas; melihat langit yang saat itu masih berwarna sangat biru dengan awan putih yang terkadang menyerupai berbagai bentuk yang familiar. Kadang menyerupai kelinci. Kadang menyerupai anak kecil yang sedang berlari. Dan terkadang bentuknya hanya seperti awan biasa. Memang enggak ada yang spesial, baik dari taman, ayunan, maupun hal yang saya lakukan tersebut. Tapi semua itu, entah mengapa, selalu memberi perasaan tenang dan lega yang menemani saya ketika pulang ke rumah.
Begitu juga kali ini. Walaupun suasana dan bentuknya berbeda jauh dari taman yang berada di dekat rumah orang tua saya di Jakarta maupun taman dekat flat saya dulu di Bournemouth, tapi taman Oude Plantage ini juga sama - sama menyenangkan. Sama - sama memberikan ketenangan. Sore ini adalah ketiga kalinya dalam seminggu ini saya pergi ke taman yang terletak sekitar lima belas menit jalan kaki dari kampus. Kali ini bukan untuk lari sore atau piknik. Tapi hanya untuk sekedar berjalan dan duduk. Terkadang sambil sesekali menutup mata, menghirup sedalam - dalamnya udara dingin yang menyelimuti Rotterdam, dan mengeluarkannya perlahan - lahan. Terkadang sambil meneguk sebotol Chocomel dan mengunyah Lay's. Terkadang sambil membaca beberapa tulisan Murakami. Terkadang sambil mengamati pemandangan lainnya di sekitar saya. Beberapa kelinci yang sedang melompat - lompat ketika saya mendekati mereka. Seorang ibu yang sedang bercengkrama dengan anak perempuannya. Daisy yang tersebar diantara rerumputan hijau dan daun - daun kering. Seorang kakek yang sedang berjalan bersama dengan anjing peliharaannya. Beberapa kapal yang lalu lalang diatas Maas River. Sekumpulan burung dara yang siap - siap terbang ke langit. Sekelompok anak muda yang sedang melakukan pemanasan sebelum lari.
Dan kali ini pun, saya kembali pulang ke rumah dengan membawa perasaan lega dan tenang.
Kapan ya Jogja ada ruang publik taman gini *ngimpi* inget sekitar GSP UGM yang dulu ada dan sekarang rumputnya gak lagi hijau + rame dipakai parkir mobil. *kemudian sedih*
ReplyDeleteiyaa suka sedih ngeliat ruang terbuka hijau di kota2 Indonesia yang sering dimanfaatin buat kebutuhan pihak tertentu gitu :(
Delete