San Gimignano & Siena, 2 Mei 2016.

Ini nih salah satu tempat yang berhasil bikin saya dan Mba Vicky setengah histeris begitu melihat penampakannya, sekalipun hanya dari depan pintu gerbangnya. San Gimignano, the city of beautiful towers. Kota yang terkenal dengan empat belas menara cantiknya. Siapa yang menyangka dibalik sebuah dinding besar yang dari jauh hanya tampak beberapa menara yang tingginya enggak lebih dari kebanyakan gedung perkantoran di Sudirman; ternyata ada sebuah kota kecil yang lebih terasa seperti salah satu atraksi buatan di sebuah theme parkAnd once I had passed through the gate, it felt like I was teleported to medieval times. Hingga sekarang masih teringat jelas bagaimana penampakan yang ada di depan mata saya saat itu. Bangunan - bangunan yang terbuat dari batu bata merah kecokelatan. Narrow cobble stone streets.  Beberapa restoran yang menaruh replika babi di depan pintu masuk restoran mereka. Toko - toko kecil yang menjual aneka souvenir mulai dari lukisan cantik dengan pemandangan Tuscany maupun kota - kota kecilnya, peralatan makan dari kayu, hingga tas kulit. Tanpa basa - basi, saya langsung ngacir memasuki setiap gang yang saya temui. Ada yang membawa saya ke rumah - rumah penduduk lokal dengan halaman belakang mereka adalah hamparan hijau luas yang tampak seperti dalam salah satu lukisan di rumah nenek saya dulu. Ada juga yang membawa saya ke tengah kota, dimana para wisatawan berkumpul menikmati gelato dari sebuah gelateria terkenal karena berhasil memenangkan Gelato World Champion dua kali berturut - turut selama lima tahun.   




Cuma perlu bayar 3 (sekitar 45k IDR), udah bisa menikmati gelato terenak dengan tiga varian rasa yang bisa kita pilih sendiri



 I tried this combination of chocolate-hazelnut, vanilla, and pistachio flavours. Delizioso! 


Walaupun sama - sama membawa saya seperti ke zaman medieval, Siena terlihat sangat berbeda dari San Gimignano. Satu hal pertama yang paling menarik perhatian saya ketika berjalan menyusuri kota ini adalah jendela warna - warni yang terbuka lebar yang menghiasi hampir setiap bangunan yang ada disini. Sejauh yang saya ingat, rasanya kota ini memiliki jendela paling banyak dibandingkan kota - kota Italia yang sebelumnya saya kunjungi. Lalu Arsitektur Gothic yang tersebar hampir di setiap pelosok kota, adalah salah satu hal lainnya yang menarik perhatian saya. It's even called the 'giant open air museum to the Gothic'. Dan lagi - lagi, meskipun saya sudah beberapa kali mengunjungi kota yang dipenuhi dengan jenis arsitektur ini, tapi kota yang paling berbekas di pikiran saya, salah satunya adalah Siena. Apalagi saat melihat Piazza del Camp, sebuah piazza tempat diadakannya the famous Palio yang merupakan acara balapan kuda yang digelar dua kali setiap tahunnya. Oh iya, satu hal lagi yang enggak boleh terlewatkan saat berkunjung ke Siena adalah Morbidi Gourmet. Restoran lokal yang menjual makanan secara prasmanan dan harganya ditentukan berdasarkan berat dari makanan yang kita ambil. What else do you need other than eating at a cozy Italian restaurant with very good, affordable food?

Piazza del Campo. Sekilas saat duduk disana berasa kaya lagi di Alun - Alun Bandung :)) 


Suka banget dengan detail arsitektur khas Gothic-nya gereja ini!



Beberapa jenis menu Italia yang baru saya temui di Morbidi Gourmet


4 Comments

  1. Nyaris samaan, aku juga baru nulis San Gimignano, tapi makanannya haha. Aku jatuh cinta sama San Gimignano. Apalagi kebun3 anggur di sekitarnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah jd penasaran nyobain makanan apa aja disana. Aku cuma dikit nyobain makanannya pas kesana haha.. iyaa aku pun juga suka banget sama kota ini mbaa :')

      Delete
  2. Apapun yg kakak tulis ga pernah bikin aku bosen deh :'D

    ReplyDelete

Post a Comment