Reproduction of Happiness #79: Breakfast

Ada satu kebahagiaan yang baru saya temukan atau lebih tepatnya saya sadari semenjak tinggal di Belanda, yaitu sarapan! Sebenarnya kalau ditelusuri, dari sebelum ke sini pun saya udah bersemangat setiap pagi untuk sarapan. Maklum, biasanya kan kalau udah tidur lama gitu, bangun - bangun suka laper tuh :p Tapi rasanya sih saya semakin menghargai arti sarapan sejak tinggal di flat sebelum ini. Entah karena saya biasa terbangun oleh aroma kopi dan suara coffeemaker ketika salah satu flatmate saya membuat sarapan di dapur yang letaknya hanya beberapa langkah dari kamar saya. Entah karena di ruang tengah, yang biasa digunakan sebagai tempat untuk breakfast, memiliki pemandangan yang enggak pernah bosan untuk dilihat sekalipun hampir setiap hari saya melihatnya. Terus apa hubungannya? Karena terlalu bagus untuk dilewatkan, saya jadi suka melihat pemandangan tersebut sambil sarapan. Yang pasti, semenjak saya tinggal di flat sebelum ini, saya mulai mengganti cara menikmati sarapan. Dari yang sebelumnya setiap sarapan saya cenderung tergesa - gesa, kali itu saya coba lakukan secara perlahan.

Selain itu, sarapan juga menjadi salah satu indikator ketika dulu saya sempat mengalami depresi, loh! Kalau setiap pagi saya terbangun dalam kondisi semangat buat sarapan, tandanya saya masih dalam tahap yang 'tolerable'. Tapi begitu udah menemukan pagi di mana saya enggak ada semangat buat sarapan, wah itu tandanya udah parah banget, dan saya mesti melakukan effort lebih buat menjalani hari saya tersebut :)) Karena selain proses menikmati makanan yang disajikan buat sarapan, hal lain yang juga membuat saya bahagia adalah proses membuat sarapan itu sendiri. Jadi triple gitu loh kebahagiaan yang diberikan dari breakfast routine ini. Mulai dari sebelum sarapan, selama membuat sarapan, hingga saat sarapan. Soalnya terkadang kan mulai dari bangun aja udah bikin semangat gitu buat sarapan. Yaa itu tadi, karena udah lama tidur, jadi bangun - bangun laper. Apalagi kalau malam sebelumnya udah enggak makan di atas jam 8. Wah, fix sih begitu bangun pasti laper. Haha!


Semenjak tinggal di Belanda, ada tiga menu sarapan favorit saya. Uniknya, setiap menu punya arti yang berbeda dan dibuat berdasarkan: waktu yang saya punya di pagi hari, mood, dan seberapa banyak asupan energi yang saya butuhkan sampai sebelum lunch. 

For Energetic Day: 
Green Smoothie, Egg and/or Cheese Toast

Di antara menu sarapan yang lain, menu ini yang paling full energy. Jadi saya pasti bikin menu ini, yaitu telur dengan roti atau biskuit gandum dan smoothie, kalau saya akan sepedaan ke kampus. Secara dulu kaan flat saya sebelum ini sekali jalan 10 km, dan ternyata dengan hanya sarapan roti aja begitu sampai di kampus langsung laper lagi. Begitu juga dengan flat saya sekarang, meskipun hanya berjarak 3,7 km, karena jalanannya nanjak dan sepeda saya enggak ada gear-nya, jadi tetep lumayan banyak ngeluarin tenaga :)) Selain itu, saya juga mengonsumsi menu ini kalau workload lebih banyak dari biasanya, saat saya merasa kurang bertenaga dari pagi tapi sorenya saya akan ikut kelas zumba, serta kalau lagi pengen makan yang asin sambil minum yang seger - seger. Oh iya, udah empat bulan ini sebenernya saya sedang mengurangi roti, jadi saya menggantinya dengan biskuit gandum. Cumaan, ada satu waktu di mana saya pasti mengonsumsi roti untuk sarapan, yaitu ketika PMS! Jadi biasanya saya bikin egg-cheese toast ini (soalnya biasanya juga saya cuma bikin dengan telur aja tanpa keju) dan ketimbang minum smoothie, entah kenapa selama periode tersebut saya lebih suka menyantapnya sambil minum kopi.


Untuk resep green smoothie, sebenernya udah pernah saya tulis beberapa resep favorit saya, di blog post ini. Cuma semenjak di sini, ada satu resep tambahan lagi yang justru paling sering saya buat dibanding resep smoothie lainnya, yaitu Spiberry. Pada dasarnya sih ini hampir sama dengan Berry Nach, tapi ada sedikit modifikasi. Mumpung harga blueberry di sini jauh lebih murah ketimbang di Indonesia, jadi saya konsumsi sebanyak - banyaknya deh sebelum for good ke Indonesia nantinya. Jadi resep Spiberry ini adalah:

3 genggam baby spinach
1 genggam frozen blueberry
5 buah frozen strawberry
1 buah pisang
1 gelas susu soya atau almond
2 sdm yoghurt rasa strawberry/blueberry (supaya lebih creamy)

Masukkan semua bahan di atas ke dalam blender dan blend sampai halus. Oh iya, saya juga biasanya rendam strawberry di air hangat selama beberapa detik sampai enggak terlalu keras. Dari pengalaman saya, kalo strawberry-nya masih beku, terkadang susah hancurnya. Tapi kayanya ini tergantung ukurannya juga sih ya. 


For Casual Day:
Peanut Butter Granola Bowl 

Di antara berbagai menu lainnya, menu sarapan ini udah jadi favorit saya semenjak tiga tahun lalu. Lebih tepatnya ketika saya mulai concern dengan pola hidup yang lebih sehat. Dan kayanya menu yang satu ini yang paling punya banyak cerita. Bukan apa - apa, untuk sampai ke menu ini, saya melewatkan berbagai eksperimen alias coba - coba berbagai menu sarapan yang terkait dengan muesli dan granola. Jadi ceritanya tuh, waktu itu saya diminta oleh dokter untuk melakukan detoks liver, yang mana ada beberapa makanan yang harus diganti, termasuk menu sarapan saya. Dari yang sebelumnya saya doyan banget makan sereal manis dengan susu sapi, akhirnya diganti menjadi muesli atau granola. Nah, berhubung masih baru kan tuh, jadi semangatlah saya mencari jawaban atas pertanyaan "enaknya diapain nih si kedua makanan asing ini". Yaa secara gitu kan, seumur - umur sarapan dengan oat paling dibikin havermout, itu pun ujungnya dicampur pake susu sapi dan gula. Berhubung banyak pantangan makanan dan waktu itu saya juga penasaran dengan beberapa produk lokal yang menjual makanan sehat, saya pun tertarik untuk mencoba overnight oats. Merasa puas dengan rasanya tapi enggak puas dengan harganya (karena terlalu mahal, haha!), saya jadi tertantang untuk membuat versi saya sendiri, yaitu menggunakan unsweetened soy milk, muesli dan beberapa buah - buahan. Resep ini sebenarnya saya dapatkan dari salah satu website yang memberikan beberapa resep untuk overnight oats, salah satunya dengan susu almond. Tapi berhubung saya enggak suka susu almond, jadi saya ganti dengan susu soya (saya juga enggak ngerti sih kenapa waktu itu enggak ganti dengan yoghurt, padahal jelas - jelas produk lokal yang saya beli waktu itu menggunakan yoghurt juga untuk overnight oats-nya!). Daaaan, ketebaklah yaa, rasanya jauh beda dengan yang saya beli di produk lokal waktu itu. Tapi karena semangat saya masih menggebu - gebu untuk hidup sehat, jadinya saya sempat rutin makan overnight oats dengan resep seperti itu. Sampai akhirnya suatu ketika saya jenuh banget dan akhirnya stop makan sampai sekarang saking masih trauma makan overnight oat. Hahaha!


Setelah itu saya juga eksperimen menu lain, yaitu mencampur muesli dengan smoothie. Sebenernya rasanya lebih enak ketimbang overnight oat... cuma setelah beberapa kali mencoba, saya enggak pernah buat lagi karena akhirnya saya sadar kalau bagi saya, jenis dan rasa smoothie apapun enggak cocok dipasangkan dengan muesli/granola. Awalnya saya kira ini cuma karena saya aja yang enggak jago bikinnya, tapi ternyata begitu coba salah satu smoothie bowl dari Nalu Bowl, tetep aja enggak bikin saya menyukai campuran smoothie dengan muesli/granola. Dan entah akhirnya bagaimana dan dari mana, saya sampai juga ke resep "Peanut Butter Granola" ini, yang mana enggak ada yang bisa menggantikan selama tiga tahun ini. Serba pas! Bukan cuma rasanya, tapi juga preparation time yang singkat, dan asupan energi yang enggak bikin laper dan lemes sampai jam makan siang. Kadang menu ini juga saya jadikan sebagai menu makan malam loh. Hasilnya pun sama juga, kalo saya makan sekitar jam 7 malam, setelah makan ini tetep bikin kenyang sampai tengah malam (karena saya biasa tidur jam 12). 

Secara saya orangnya apa - apa berdasarkan feeling, termasuk dalam memasak, jadi kurang lebih resepnya seperti ini:

4 sdm muesli/granola (favorit saya sih yang baked tanpa dilapisi tepung)
2 sdm yoghurt (favorit saya Greek yoghurt, atau kalo mau plant based, saya juga suka Plain Soy atau Coconut yoghurt)
1 sdm selai kacang (jika mau lebih berasa kacangnya, bisa tambahkan sesuai selera)
1 sdt madu
1/2 pisang (kalau lagi lapar, bisa juga 1)

Semua bahan dicampur sampai merata, lalu disajikan. Oh iya, kadang saya juga suka tambahkan sedikit muesli/granola lagi di atasnya supaya lebih crunchy. 

For Lazy Day: 
Sweet Crepes/Pancake

Buat menu yang satu ini biasanya sih pasti saya bikin hampir setiap Sabtu dan Minggu, meskipun kadang saya juga buat di hari lain kalau tiba - tiba lagi pengen. Terus enggak tau yaa, tapi bawaannya tuh kalo lagi sarapan dengan pancake atau crepes, pasti otomatis pengen buka Spotify. Jadi sarapan di akhir pekan dengan ditemani lagu bernuansa jazz atau akustik sambil duduk melihat ke luar balcony. Entahlah ini karena kebanyakan nonton film atau baca buku dengan genre drama, saya jadi ikutan dramatis gini sekarang :)) Oh iya, dari pindah ke Belanda pertama kali saya juga udah mulai sering buat pancake. Tapi kalau kebiasaan minum kopi buat sarapan ini baru muncul ketika tinggal di flat yang sebelum ini. Awalnya saya hanya tergoda dengan aroma kopi yang semerbak wanginya hingga satu flat setiap kali flatmate saya buat kopi. Namun lama - kelamaan saya penasaran juga dan akhirnya mencoba kopi bikinannya. Semenjak itu saya jadi ketagihan minum kopi untuk sarapan, apalagi kalau ditemani dengan pancake atau crepes ini.


Berhubung saya enggak suka menggunakan baking powder karena rasanya yang pahit, jadi untuk membuat adonan crepes dan pancake sebenernya enggak ada bedanya sih, kecuali takaran tepungnya. Dan karena saya orangnya jarang menakar, biasanya sih saya melihat dari kekentalan adonannya. Jadi kalau crepes biasanya adonannya cair, sedangkan kalau pancake saya akan tetap masukkan tepung hingga adonannya kental. Oh ya, ada tiga topping favorit saya untuk disajikan dengan crepes atau pancake. Topping pertama adalah choco-peanut butter, yang literally cuma campuran selai kacang dan selai cokelat. Sebenernya lebih enak dengan Nutella, tapi berhubung lemaknya juga lebih banyak, jadi saya substitute dengan dark chocolate. Ha! Lalu topping lainnya adalah pancake ala American, yaitu maple syrup, caster sugar (bubuk gula putih), dan butter. Dan satu lagi adalah ala Norwegian, yang sempat saya ceritakan sebelumnya di postingan tentang Bergen, yaitu strawberry jam, sour/clotted cream, serta Norwegian brown cheese. Berhubung saya enggak punya cetakan waffle, akhirnya saya ganti jadi crepes atau pancake aja deh. Sama enaknya kok! :3


Later, I realize this morning routine has become one of the most crucial moment for me. By taking my breakfast slowly, I appreciate things around me more. Bukan hanya makanan yang saya makan, udara segar yang saya hirup, tapi juga hal lain di sekitar saya. Seperti pemandangan di luar jendela yang sepintas terlihat sama dari hari ke hari, ternyata ada waktu di mana berbeda. Pepohonan yang tadinya berwarna hijau menjadi merah, kuning, dan cokelat. Lalu ada saatnya berubah lagi menjadi kosong tanpa daun. Dan akhirnya mulai terlihat pucuk - pucuk kecil di sekeliling rantingnya. Bagi saya, ada kebahagiaan tersendiri setiap melihat semua perubahan tersebut dari waktu ke waktu. Di flat saya yang sekarang, morning routine ini juga masih saya terapkan karena kamar saya punya balcony. Meskipun view-nya enggak sebagus flat sebelumnya, pemandangan taman dengan pepohonan serta suara kicau burung - burung di luar tetap membuat saya merasa refreshed. Beberapa bulan lalu, di saat temperatur lagi enggak begitu dingin, saya juga suka sarapan di balcony. Tapi berhubung sekarang masih dingin, saya sarapan di kamar dulu aja dengan membuka pintu penghubung ke balcony sambil menikmati pemandangan di luar :))

4 Comments

  1. Duhhh, kangen banget sarapan sehat coba2 dengan menu super ngasal tp bahagia zuu. Favoritku granola, yoghurt, pear ijo ditaburin almond dikit, topping madu satu sendok teh. bahagiaaa~

    Di sini tiap pengen sarapan gitu2an udah mundur duluan liat harga2nya di supermarket, akhirnya bubur ayam mamang2 to the rescue hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah blm pernah nyobaaa. nanti aku mau coba ah resep granola ala mira :))

      sama mirr, aku pun kalo di indonesia enggak se-intense bikin sarapan kaya di sini. ujung2nya paling roti ajaa. selain mahal, aku sih jg kurang sreg sama yoghurt di indonesia yg masih blm ada yg seenak di sini :(

      Delete
  2. Kak Ozu, aku baca tulisanmu ini dan kangen masa-masa sarapan di rumah haha. Aku selalu sarapan di kantor karena kostku yg saat ini dan sebelumnya tidak selengkap kost waktu awal kuliah dulu. Ribet kalau mau masak. Ada rencana tahun ini pindah tinggal di rumah. Semoga bisa sarapan di rumah lagi dengan slow motion aha maksudnya ga tergesa-gesa. Buatku, mengawali hari dengan lebih santai itu mempengaruhi mood seharian hehe

    ReplyDelete
  3. Wah keliatannya enak banget kak. Btw udah berapa lama jadi vegetarian kak?

    ReplyDelete

Post a Comment