Poeti di Lisbona

Begitu melihat judul sebuah buku yang terpampang jelas di toko buku bernama Ler Devagar, saya otomatis langsung tersenyum. Geli sendiri, karena merasa seolah - olah Lisbon menyambut saya dengan sangat gembira hingga membuat sebuah buku khusus untuk saya. Mungkin saya akan beneran berpikir begitu jika saja malam sebelumnya saya belum membaca buku yang sama, dengan versi Bahasa Inggris namun memiliki cover yang sama. Buku berwarna hijau lumut tersebut tergeletak di meja kamar yang saya tempati, ditaruh bersamaan dengan beberapa guide book tentang Lisbon. Sepertinya Luisa, host Airbnb saya, merekomendasikan buku tersebut kepada para tamunya. Jadi kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa, Poeti di Lisbona artinya adalah Penyair Lisbon. Dan isinya apalagi kalau bukan kumpulan puisi yang ditulis oleh beberapa penyair terkenal di kota ini, termasuk salah satunya adalah Fernando Pessoa. Meskipun isi bukunya bukan tentang kisah perjalanan saya, tapi menjadi inspirasi bagi saya untuk menjadikan judul buku tersebut sebagai judul blog post yang berisi cerita perjalanan saya di Lisbon. Ternyata cocok juga!







Dari awal mengatur itinerary, sebenarnya saya udah khawatir kalau tiga hari rasanya kurang puas untuk mengeksplore kota ini. Namun apa daya, Bunda hanya punya total waktu dua minggu di Eropa dan setelah ini kami masih akan melanjutkan perjalanan ke Spanyol. Yaa, maklumlah anak sama ibu sebelas dua belas,  sama - sama BM :)) Apesnya, di hari pertama kami di Lisbon malah sempat salah naik bus. Bukannya membawa kami ke pusat kota malah ke antah berantah! Sementara itu, menunggu bus dan perjalanan kembali ke Airbnb kami memakan waktu cukup lama, hingga senja pun hampir usai. Antara lelah dan kesal karena udah membuang waktu banyak, akhirnya saya dan Bunda menunda ke pusat kota dan memutuskan hanya makan malam di Timeout Market yang berada persis di depan Airbnb kami. Surprisingly, malam itu ramai oleh pengunjung. Dan saya baru sadar belakangan kalau malam itu adalah malam minggu. Sama dengan halnya ketika saya baru sadar di hari terakhir kalau ternyata jarak antara Airbnb dan pusat kota enggak segitu jauhnya. Bahkan sebenarnya masih bisa jalan kaki karena hanya kurang dari satu kilometer menuju Rua Augusta. Tapi berhubung saya enggak tega sama Bunda yang udah enggak kuat buat dibawa jalan jauh, sejak kami di Porto fokus saya hanya ada pada opsi menggunakan transportasi publik. 







Sementara di hari kedua, kami menghabiskan waktu seharian di luar pusat kota. Lebih tepatnya sih ke LX Factory yang dulunya adalah komplek industri. Setelah terabaikan selama puluhan tahun, pada 2008 silam tempat ini disulap menjadi pusat para pelaku industri kreatif di Lisbon. Mulai dari toko pakaian, musik, fine arts, kuliner hingga literature, semua ada di sini. Salah satu dari berbagai hal yang menarik perhatian saya adalah toko buku Ler Devagar, yang dalam Bahasa Inggris artinya Read Slowly. Bukan cuma karena arsitektur tempatnya yang unik dengan masih mempertahankan arsitektur industrial, cara mereka menyusun buku - bukunya pun sangat aesthetically pleasing. Lalu dari sana, kami lanjut ke BelĂ©m, kota kecil dekat Lisbon yang terkenal dengan kelezatannya dalam membuat Pastel de Nata dengan dibubuhi bubuk cinnamon dan gula putih. Aduh, menulis ini sambil membayangkan potongan egg tart yang garing diujung namun lembut ditengahnya, membuat saya lapar seketika! Enggak menyesal deh udah bela - belain datang ke sana.






Baru deh di hari ketiga, yang juga hari terakhir kami di Lisbon, saya melihat wajah asli kota ini. Di mata saya, Lisbon ini perpaduan antara Budapest, Porto, Praha, Paris, dan tipikal kota di Andalusia. Ada sesuatu dari interior metronya yang langsung mengingatkan saya dengan metro di Budapest. Mulai dari pemilihan warna, bentuk tempat duduknya, papan pengumuman, hingga layout keseluruhannya yang terlihat tua tapi menarik, bukan tua yang usang. Sementara itu, ketika berjalan mengeksplore Lisbon, saya menemukan cukup banyak bangunan yang dipenuhi oleh azulejo dengan berbagai pola dan warna. Kali ini saya langsung teringat oleh Porto. Malahan ada satu jalanan yang dipenuhi oleh banyak azulejo, tapi saat itu saya berada di dalam tram dan di luar sedang hujan. Jadi akhirnya hanya bisa menikmati sekelewatnya saja. Oh iya, bukan hanya azulejo, tapi di beberapa bagian, kalau enggak salah di sekitar Rua Augusta, cukup banyak bangunan polos warna - warni bernuansa pastel. Ungu muda. Merah muda. Kuning muda. Hijau muda. Melihatnya, langsung mengingatkan saya dengan Old Town Praha. Nah, kalau sisi yang mirip dengan Paris sih sebenarnya hanya ada satu bangunan, yaitu di foto terakhir di postingan ini. Bahkan saya lupa itu gedung apa. Yang jelas, dari pertama melihat bangunan bergaya Haussman dengan jendela atas berwarna abu - abu kebiruan, langsung teringat Paris dengan kotanya yang sebagian besar berisi bangunan serupa. Sedangkan pemandangan genteng keramik berwarna cokelat di sekitar Alfama (distrik yang terkenal karena salah satu yang tertua sekaligus tercantik di Lisbon), membawa ingatan saya kembali ke sebuah postingan Tumblr  beberapa tahun lalu. Sebenernya sih isi postingan tersebut hanyalah foto rumah berundak - undak dengan dinding putih dan genteng keramik cokelat yang katanya berlokasi di Casares, Andalusia. Bagi saya terlihat sederhana tapi cantik sekali. 






Saya udah sering menulis kalimat ini di akhir postingan beberapa kota yang berhasil mengambil hati saya. Tapi bisa dipastikan, Lisbon adalah kota prioritas untuk kembali dikunjungi, jika ada rezeki dan kesempatan. Masih banyak sisi kota ini yang saya yakin sekali akan membuat saya semakin kagum dan jatuh hati dengan Lisbon. Dan mungkin aja selanjutnya saya akan menemukan wajah kota Eropa lainnya di sana, mungkin Rotterdam? :)

2 Comments

  1. Poeti, this is Min. I just found your blog. When reading the words and enjoying such beautiful pictures, I asked myself, why I know your blog so late. Especially after this blog, I wanna explore Lisbon:) Hope to see more blogs

    ReplyDelete
  2. Hi Poeti, when reading the words and seeing such beautiful pictures, I could not stop to ask myself, "why do I know your blogs so late'. They give me a peaceful feeling. I am your fan :)

    ReplyDelete

Post a Comment