Meskipun bukan menjadi tujuan utama saya, salah satu hasrat terpendam saat ke Skandinavia adalah bisa melihat dan merasakan salju yang tebal. Tapi nyatanya sudah hari keenam, masih aja belum ada kesempatan bagi saya untuk bisa langsung memegang salju. Bahkan melihat salju tebal aja baru dua hari yang lalu, ketika melewati beberapa kota dari Oslo menuju Bergen. Dan begitu sampai di Bergen, enggak ada sedikit pun jejak salju disana. Kemarin memang sempat hujan es sih, tapi ya itu kan bukan salju yang saya maksud :p Makanya saya berharap hari ini bisa melihat dan merasakan salju tebal di Flåm, sebuah desa yang terkenal dengan keindahan alamnya, terutama karena letaknya yang berada diantara Fjord.
Kalo mengunjungi Norwegia rasanya enggak mungkin enggak menemukan istilah fjord, yang berarti sebuah bagian sempit dari laut yang terhimpit oleh tebing - tebing atau bukit - bukit besar disekitarnya. Perpaduan antara bagian laut yang berada diantara perbukitan tersebutlah yang akhirnya menciptakan pemandangan yang sangat menawan. Sebenernya Bergen dan sekitarnya ini termasuk yang paling terkenal untuk melihat fjord. Makanya saat musim panas, wilayah ini banyak dikunjungi oleh wisatawan yang mengincar hiking trails-nya yang bagus banget. Tapi berhubung lagi musim dingin begini, hanya ada dua cara terbaik untuk menikmati fjord, yaitu naik kapal Fjordline dan kereta Flamsbana.
Selama menyusun itinerary, salah satu yang cukup bikin saya galau adalah menentukan bagaimana saya menuju Flam. Lebih tepatnya sih, memilih moda transportasi. Sebenernya paling ideal yaa naik kapal Fjordline dari Bergen ke Flam. Kemudian dilanjutkan naik kereta Flamsbana dari Flam menuju Myrdal, satu - satunya stasiun penghubung Flam dengan kota lain. Tapi setelah mempertimbangkan beberapa hal, saya hanya memilih naik Flamsbana. Diliat dari total waktu perjalanannya, jika memilih naik Fjordline, maka saya harus bermalam lagi di Flam/Myrdal/Bergen sebelum lanjut ke Oslo. Hal lain yang juga bikin saya ragu adalah perjalanan di kapal dari Bergen menuju Flam yang memakan waktu sekitar empat jam. Fyi, ship (any type) is my least favorite mode of transportation. Dari pengalaman sebelumnya naik cruise atau boat tour, excitement buat foto dan menikmati pemandangan sekitar itu hanya berlangsung beberapa belas menit pertama. Sisanya yang ada hanyalah mual dan bosan. Jadi ngebayangin harus menghabiskan waktu empat jam di dalam kapal, udah langsung bikin saya enggak mood. Dan alasan terakhir adalah tentunya berhubungan dengan budget yang pas - pasan. Ha! Kalo diitung lagi, dengan memilih opsi ideal ini maka pengeluaran saya untuk hari ini akan dua kali lipat lebih besar dari jika saya hanya memilih naik Flamsbana. Mari diaminkan aja agar next time saya dapat rezeki lagi bisa datang kesini di musim panas, supaya saya bisa menikmati fjord dengan menyusuri salah satu hiking trail buat beginner :))
Seolah - olah menjadi pertanda bahwa 'perjalanan sebenarnya' baru dimulai, semenjak dari pemberhentian tersebut saya semakin sulit untuk memalingkan pandangan dari pemandangan di luar jendela yang semakin terlihat surreal dan enggak masuk akal karena saking luar biasa indahnya. Langit yang terlihat mendung yang seringkali tertutupi oleh kabut tebal berwarna putih. Sungai yang airnya sudah berubah menjadi bongkahan es. Semuanya menyatu dengan warna pegunungan berbatu hitam dengan berhiaskan pepohonan cemara yang juga sudah sepenuhnya putih. Semakin lama kereta melaju, mulai terlihat juga dari kejauhan rumah - rumah ala Nordic dengan berbagai warna yang semuanya diselimuti oleh salju tebal di atapnya. Merah, kuning mustard, hijau muda, biru tua, cokelat; yang terlihat kontras dengan pemandangan monokrom di sekelilingnya. Enggak lama kemudian semakin terlihat tanda - tanda kehidupan dengan semakin banyaknya jumlah bangunan warna - warni tersebut di tempat yang disebut sebagai Flam Valley. Sekaligus sebagai pertanda bahwa kami sudah hampir tiba di Flam.
Begitu tiba di Flam, ada dua pilihan yang sudah terbersit di pikiran saya semenjak awal perjalanan Skandinavia ini. Pertama, berjalan mengeksplore Flam dengan mengikuti peta yang diberikan oleh petugas di tourist information center. Cuma sebenarnya saya enggak yakin sih karena udara yang dingin banget meski belum sampai membuat tangan saya mati rasa. Kedua, ikut tur ke Stegastein, sebuah viewpoint untuk melihat Aurlandsfjord yang merupakan cabang dari Sognefjord, the world's longest fjord. Dengan waktu tur yang hanya satu jam, sebenernya memang ini yang paling tepat buat dilakukan sambil menunggu kereta kembali ke Myrdal yang baru berangkat satu setengah jam lagi. Jujur aja, saya bukan penikmat perjalanan menggunakan tur, apalagi hanya ke satu tempat dan itu hanya untuk foto objek yang hanya bisa dilihat dari kejauhan. Jadi saya sempat ragu untuk ikut tur ini karena merasa enggak terlalu worth it buat mengeluarkan €30 hanya untuk foto yang udah bisa ditebak hasilnya yang enggak akan jauh berbeda dari foto - foto di internet oleh para wisatawan yang pernah ikut tur ini.Tapi ada sisi lain dari diri saya yang bilang, "udah sampai sini, masa enggak ikut sih? mending nyesel tapi udah enggak penasaran lagi daripada nyesel karena enggak nyoba dan akhirnya masih penasaran terus nantinya".
Begitu menulis pengalaman yang saya lalui hari ini di jurnal, ada satu pertanyaan yang masih tersisa. Apakah jika saya mengambil 'opsi ideal' dengan naik Fjordline, akan lebih seru dari yang saya dapatkan hari ini... atau justru sebaliknya ya? Karena sejujurnya, apa yang saya dapatkan hari ini udah melebihi ekspektasi awal, hingga saya bisa bilang bahwa ini adalah highlight dari perjalanan Skandinavia saya. Semuanya terasa 'pas' aja. Waktunya, cuacanya, budgetnya, dan tentunya berbagai surprise yang diberikan. Dari yang awalnya sempat skeptis dengan Flamsbana dan keraguan untuk ikut tur ke Stegastein; yang berujung memberikan kepuasan dan kebahagiaan yang tak terduga. Yang jelas, saya bersyukur banget bisa mengunjungi Flam hari ini. Alhamdulillah :')
Kalo mengunjungi Norwegia rasanya enggak mungkin enggak menemukan istilah fjord, yang berarti sebuah bagian sempit dari laut yang terhimpit oleh tebing - tebing atau bukit - bukit besar disekitarnya. Perpaduan antara bagian laut yang berada diantara perbukitan tersebutlah yang akhirnya menciptakan pemandangan yang sangat menawan. Sebenernya Bergen dan sekitarnya ini termasuk yang paling terkenal untuk melihat fjord. Makanya saat musim panas, wilayah ini banyak dikunjungi oleh wisatawan yang mengincar hiking trails-nya yang bagus banget. Tapi berhubung lagi musim dingin begini, hanya ada dua cara terbaik untuk menikmati fjord, yaitu naik kapal Fjordline dan kereta Flamsbana.
Begitu saya tiba di Myrdal, salju sedang turun lumayan deras dan tampaknya sudah berlangsung sejak lama jika dilihat dari timbunan salju yang sudah tebal baik di stasiun maupun di sekitarnya. Buru - buru saya turun untuk masuk ke dalam kereta berwarna hijau dengan interior didalamnya bernuansa merah kecokelatan. Melihat bentuk keretanya yang antik ini langsung mengingatkan saya dengan steam train di Inggris. Lebih tepatnya ketika saya berkunjung ke Corfe Castle dan Derbyshire. Tapi saya enggak bisa mengatakan secara pasti bagian mana yang mirip dari kedua kereta tersebut. Begitu masuk, saya dibuat kaget untuk kedua kalinya di hari itu karena ternyata hanya ada beberapa penumpang di dalam gerbong yang sama dengan saya. Padahal informasi yang saya dapat di internet, sebagian besarnya mengatakan bahwa Flamsbana ini hampir selalu penuh. Tapi baguslah, semakin sepi berarti semakin leluasa saya untuk pindah tempat duduk ke sisi kanan dan kiri, mengikuti pemandangan di sisi mana yang lebih bagus. Haha!
Beberapa menit sudah berlalu dan pemandangan di luar masih belum terlihat spesial. Sekalinya pun ada, begitu saya mau foto, seketika langsung gelap kembali karena begitu banyak terowongan yang dilalui. Tiba - tiba kereta terasa melaju lebih pelan dan terdengar pengumuman bahwa dalam beberapa saat lagi para penumpang dipersilahkan turun untuk melihat air terjun yang bernama Kjosfossen. Mungkin kalo enggak mengunjunginya di saat winter, saya enggak akan merasa ada yang begitu istimewa dari air terjun ini. Bahkan kalo mau dibandingkan dengan air terjun Benang Kelambu di Lombok, Kjosfossen ini terlihat enggak ada apa - apanya. Tapi berhubung baru kali ini saya melihat air terjun yang diselimuti oleh salju serta di waktu yang bersamaan juga sedang turun salju, harus diakui memang tempat ini terlihat begitu istimewa. Belum lagi dengan tebing - tebing berlapiskan es di sekelilingnya, membuat saya seperti sedang berada di Narnia.
Beberapa menit sudah berlalu dan pemandangan di luar masih belum terlihat spesial. Sekalinya pun ada, begitu saya mau foto, seketika langsung gelap kembali karena begitu banyak terowongan yang dilalui. Tiba - tiba kereta terasa melaju lebih pelan dan terdengar pengumuman bahwa dalam beberapa saat lagi para penumpang dipersilahkan turun untuk melihat air terjun yang bernama Kjosfossen. Mungkin kalo enggak mengunjunginya di saat winter, saya enggak akan merasa ada yang begitu istimewa dari air terjun ini. Bahkan kalo mau dibandingkan dengan air terjun Benang Kelambu di Lombok, Kjosfossen ini terlihat enggak ada apa - apanya. Tapi berhubung baru kali ini saya melihat air terjun yang diselimuti oleh salju serta di waktu yang bersamaan juga sedang turun salju, harus diakui memang tempat ini terlihat begitu istimewa. Belum lagi dengan tebing - tebing berlapiskan es di sekelilingnya, membuat saya seperti sedang berada di Narnia.
Begitu tiba di Flam, ada dua pilihan yang sudah terbersit di pikiran saya semenjak awal perjalanan Skandinavia ini. Pertama, berjalan mengeksplore Flam dengan mengikuti peta yang diberikan oleh petugas di tourist information center. Cuma sebenarnya saya enggak yakin sih karena udara yang dingin banget meski belum sampai membuat tangan saya mati rasa. Kedua, ikut tur ke Stegastein, sebuah viewpoint untuk melihat Aurlandsfjord yang merupakan cabang dari Sognefjord, the world's longest fjord. Dengan waktu tur yang hanya satu jam, sebenernya memang ini yang paling tepat buat dilakukan sambil menunggu kereta kembali ke Myrdal yang baru berangkat satu setengah jam lagi. Jujur aja, saya bukan penikmat perjalanan menggunakan tur, apalagi hanya ke satu tempat dan itu hanya untuk foto objek yang hanya bisa dilihat dari kejauhan. Jadi saya sempat ragu untuk ikut tur ini karena merasa enggak terlalu worth it buat mengeluarkan €30 hanya untuk foto yang udah bisa ditebak hasilnya yang enggak akan jauh berbeda dari foto - foto di internet oleh para wisatawan yang pernah ikut tur ini.Tapi ada sisi lain dari diri saya yang bilang, "udah sampai sini, masa enggak ikut sih? mending nyesel tapi udah enggak penasaran lagi daripada nyesel karena enggak nyoba dan akhirnya masih penasaran terus nantinya".
Dan ternyata memang benar, saya kayanya akan menyesal banget kalo enggak jadi ikut! Meskipun begitu nyampe di Stegastein, fjord-nya enggak kelihatan sama sekali karena tertutup kabut yang begitu tebal, banyak hal lain dari tur ini yang membuat perjalanan saya ke Flam ini jadi berkesan banget. Mulai dari pemandangan di sepanjang jalan Flam Station sampai Stegastein yang bukan hanya indah tapi juga mengingatkan saya dengan salah satu kawasan pedesaan favorit saya di Inggris, yaitu Peak District. Mountain road yang berkelok - kelok, beberapa bentuk bangunannya yang sekilas terlihat mirip, hingga perpaduan gunung dan danau. Selain itu, disini juga saya akhirnya bisa dipertemukan kembali dengan tumpukan salju yang enggak kalah tebal dibandingkan yang saya temukan di Kjosfossen. Berbeda dengan salju yang saya rasakan sebelumnya di Rotterdam, yang kasar dan bikin susah jalan karena licin; disini salju-nya terasa lembut banget dan enggak licin. Dan alasan yang terakhir ini terdengar norak sih, tapi ada kebahagiaan tersendiri ketika melihat lebih dekat pepohonan cemara dengan tumpukan salju dengan ukuran aslinya ketimbang sebelumnya hanya terlihat sebesar jari kelingking dari dalam kereta. Saking senengnya, saya sampai bela - belain foto pake tripod sambil gaya ala - ala travel blogger yang berpose di tengah jalan dengan dikelilingi pohon cemara bersalju. Meskipun hasilnya rada failed gitu, tapi enggak apa - apalah. Lumayan buat kenang - kenangan. Haha!
Setelah sekitar dua puluh menit di Stadgastein dan mulai hopeless karena Aurlandsfjord masih terhalang kabut, akhirnya kami kembali menuju stasiun Flam. Tapi di tengah perjalanan kami kembali berhenti. Mungkin merasa kasihan dengan kami yang udah bayar cukup mahal tapi pulang dengan tangan hampa, si pak supir masih mencari cara supaya kami bisa tetap melihat keindahan fjord. Dan kali ini usaha si bapak tampaknya didukung oleh semesta, karena di tempat pemberhentian kami ini bisa terlihat bentuk fjord. Meski masih terhalang kabut, seenggaknya kali ini jauh lebih jelas dari sebelumnya yang sama sekali enggak kelihatan apapun. Seriusan deh, subhanallah banget pemandangan di depan saya ini. Beneran kaya mimpi banget! Kali ini saya monang bukan karena sedih, tapi terharu bisa melihat salah satu karya terindah Tuhan di hidup saya :')
Setelah sekitar dua puluh menit di Stadgastein dan mulai hopeless karena Aurlandsfjord masih terhalang kabut, akhirnya kami kembali menuju stasiun Flam. Tapi di tengah perjalanan kami kembali berhenti. Mungkin merasa kasihan dengan kami yang udah bayar cukup mahal tapi pulang dengan tangan hampa, si pak supir masih mencari cara supaya kami bisa tetap melihat keindahan fjord. Dan kali ini usaha si bapak tampaknya didukung oleh semesta, karena di tempat pemberhentian kami ini bisa terlihat bentuk fjord. Meski masih terhalang kabut, seenggaknya kali ini jauh lebih jelas dari sebelumnya yang sama sekali enggak kelihatan apapun. Seriusan deh, subhanallah banget pemandangan di depan saya ini. Beneran kaya mimpi banget! Kali ini saya monang bukan karena sedih, tapi terharu bisa melihat salah satu karya terindah Tuhan di hidup saya :')
Begitu menulis pengalaman yang saya lalui hari ini di jurnal, ada satu pertanyaan yang masih tersisa. Apakah jika saya mengambil 'opsi ideal' dengan naik Fjordline, akan lebih seru dari yang saya dapatkan hari ini... atau justru sebaliknya ya? Karena sejujurnya, apa yang saya dapatkan hari ini udah melebihi ekspektasi awal, hingga saya bisa bilang bahwa ini adalah highlight dari perjalanan Skandinavia saya. Semuanya terasa 'pas' aja. Waktunya, cuacanya, budgetnya, dan tentunya berbagai surprise yang diberikan. Dari yang awalnya sempat skeptis dengan Flamsbana dan keraguan untuk ikut tur ke Stegastein; yang berujung memberikan kepuasan dan kebahagiaan yang tak terduga. Yang jelas, saya bersyukur banget bisa mengunjungi Flam hari ini. Alhamdulillah :')
Zu, Flam BAGUS BANGET! :') Bener2 kayak winter wonderland yaa.
ReplyDeleteLangsung aku masukin ke bucket list, thanks infonya Zu :D
Iyaa Dix, kamu wajib ke Flam sih pas winter... pasti histeris ngeliatnya :))) my pleasure, Dix! :D
Deleteya ampun bagus nya ga ngerti lagiiii T___T semoga nanti ada rezeki dan umur bisa kesini..amiinn
ReplyDeleteKak ada sinterklas? Huhuhu masyaaAllah indah banget .fotonya bagus bagus :') seperti biasa. Foto yang kena salju efeknya bagus banget ih
ReplyDeleteHalo,
ReplyDeleteBoleh tau kemarin pergi ke Flam pas tanggal berapa? Saya rencana mau ke sana pas winter, mau memastikan ketebalan salju dan kabutnya seberapa.
Terima kasih ya, foto-fotonya bagus sekali :)
Hai mba! Saya ke Flam sekitar 28 Desember. Semoga pas ke sana lagi enggak berkabut yaa :)
Delete