Engagement Story #3: Preparation & Decoration

Dari pertama kali membicarakan konsep lamaran, saya dan Ican setuju kalau kami hanya ingin menyelenggarakannya secara sangat sederhana dan hanya keluarga inti saja. Namun sekitar satu setengah bulan sebelum acara berlangsung, Bunda dan Unicha memberikan sebuah ide lain agar prosesi ini terasa lebih "spesial" dibandingkan pertemuan keluarga inti saya dan Ican yang sebelumnya sudah dilakukan beberapa kali. Ide dari mereka saat itu adalah mengundang sahabat kami berdua. Memang sih dari keluarga saya merasa bahwa acara ini baiknya mengikuti "budaya" yang sudah ada, yaitu mengundang keluarga besar masing - masing. Tapi karena sebuah alasan yang sangat personal, saya dan Ican kekeuh bahwa kami hanya akan mengundang keluarga inti aja. Di sisi lain, kami menyetujui ide untuk membuat acara ini lebih istimewa namun tetap stick dengan rencana awal, yaitu intimate. Maka kami hanya mengundang lima belas teman - teman terdekat dan yang masih sering komunikasi dengan kami. Di situlah, akhirnya beberapa rencana langsung diubah. Konsep yang awalnya cuma mau keluarga inti dan enggak pake dekor yang macem - macem serta katering ala dengan jumlah sangat minim, tiba - tiba berubah cukup drastis. Katering yang awalnya cuma buat kurang dari 20 orang sekarang jadi buat 70 orang. Dekor pun juga lebih "heboh" karena tempat yang digunakan juga lebih besar; sementara kalau tanpa dekor akan terasa kosong banget.


Begitu diputuskan untuk membuat acara lamaran ini jadi lebih besar, saya langsung memutuskan untuk mencari venue. Jujur sih, meskipun jumlah orang yang diundang sebenarnya enggak sebanyak itu, saya udah kebayang betapa repotnya beberes rumah sebelum dan setelah acara. Lagipula, setelah dihitung - hitung cost dan benefitnya, lamaran di tempat lain lebih less cost dan more benefit. Dan begitu udah fix akan mengadakan di luar rumah, tempat pertama yang ada di pikiran saya adalah Rumah Saya, sebuah wedding venue yang dimiliki oleh Tante Siska (adik kandung dari Bunda). Sekaligus menjadi tempat lamaran kakak perempuan saya sebelas tahun yang lalu. Tapi saya enggak langsung booking karena beberapa pertimbangan, salah satunya adalah udara panas Jakarta terutama di siang hari bisa menjadi kendala buat tempat semi-outdoor seperti Rumah Saya. Meskipun sebenarnya saya udah jatuh hati banget, terutama ketika melihat rumah joglo nya yang terlihat sederhana namun elegan karena ada sentuhan kayu dan ornamen Jawa. Langsung terbayang deh memadukan tema rustic dengan tempat ini pasti akan cocok. 

Alternatif lainnya adalah beberapa restoran dengan konsep peranakan di daerah Menteng. Rasanya ada deh sekitar enam restoran yang sudah ada di dalam daftar pilihan saya dan empat di antaranya sempat saya telefon. Sedangkan dua lainnya langsung saya coret begitu tau harga-nya yang sudah di luar budget. Singkat cerita, setelah kembali mempertimbangkan cost-benefit keempat restoran tersebut, ternyata skor terbesar tetap di Rumah Saya. Akhirnya saya langsung mengabari Tante Siska untuk booking tempat. Sementara itu, saya juga langsung menetapkan pilihan katering yang sebelumnya juga sempat heboh mencari ke beberapa vendor. Buat katering, saya pilih Amanda Catering, karena termasuk paling affordable dan yang pasti udah terpercaya di lidah Bunda karena  sudah jadi langganan beliau dari dulu. Bukan hanya karena pemiliknya adalah Tante Pongky, tetangga beliau dulu, tapi juga memang makanannya terbukti enak. 





Katering dan venue udah beres, sekarang tinggal fokus ke dekorasi. Di luar perkiraan saya loh, justru menemukan vendor dekorasi yang paling tepat adalah bagian tersulit dari persiapan tunangan ini. Dari sekitar sepuluh vendor dekorasi yang saya hubungi, hanya ada dua vendor yang akhirnya sampai ke tahap tatap muka karena dari hasil percakapan kami di WhatsApp ternyata hanya mereka yang masih dalam budget saya. Vendor pertama adalah Adams Catering & Decoration. Kami sempat membuat arrangement di pagi hari, yang sengaja saya sesuaikan dengan jadwal mereka. Eh, enggak taunya, begitu saya sampai di tempat mereka, sudah ada client yang datang lebih dulu sebelum saya. Akhirnya saya dan Bunda menunggu sampai satu jam lebih, namun belum ada tanda - tanda meeting mereka akan segera berakhir. Di sisi lain, selama saya menunggu pun dari pihak mereka enggak terlihat ada effort untuk membuat kami merasa nyaman. Bahkan terlihat merasa bersalah pun enggak ada sama sekali. Saat itulah saya merasa bahwa kok perlakuan mereka seperti menunjukkan bahwa "saya lebih butuh mereka", ketimbang "kita sama - sama saling butuh". Jadi yaa saya putuskan buat mencari vendor lainnya, yang sampai akhirnya ketemu dengan Mae Decoration. Ternyata enggak butuh lama buat sampai "deal". Dan yang paling penting, kali ini perlakuannya jauh lebih baik ketimbang beberapa vendor sebelumnya :)


Satu hal yang paling saya suka dari Mba Irma, sang pemilik Mae Decoration, adalah komunikasinya yang bikin saya nyaman banget buat diskusi dari awal saya menghubungi beliau hingga akhir acara. Saya merasakan banget perbedaan cara komunikasi dengan beberapa vendor, termasuk dengan Adam Decoration, yang mana dari awal tuh enggak membuat saya merasa welcomed. Jadi saya pun merasa segan buat nanya banyak. Padahal di satu sisi saya juga masih bingung setiap ditanya mereka konsep seperti apa yang saya inginkan. Ternyata enggak mudah loh menjelaskan yang saya mau, meskipun saya udah tau bahwa tema dasarnya adalah rustic. Hal lainnya yang membuat saya kurang sreg dari vendor lainnya adalah, ketimbang menyesuaikan budget saya dengan dekorasi, mereka langsung membuat perhitungan sesuai yang mereka inginkan, yang udah ketebak kalau harga mereka udah di luar budget saya. Nah, kalau Mba Irma ini berbeda. Pertama kali saya mengontak beliau, Mba Irma langsung meminta saya untuk mengisi form berisi beberapa hal terkait preferensi saya. Termasuk di dalamnya juga ada kolom buat hal spesifik yang saya mau, yang jadi kesempatan untuk menginfokan bahwa saya ada maksimal budget untuk dekorasi. HEHE. Selain itu, cara Mba Irma mencari tau konsep rustic apa yang saya inginkan (karena rustic itu sendiri juga banyak jenisnya) dan apa yang cocok dengan Rumah Saya, juga enggak membuat saya bingung. Pokoknya dari awal semuanya udah clear gitu. Makanya proses sampai saya yakin buat deal dengan Mae Decoration pun enggak butuh waktu yang lama.




All photos were taken by Emer Photography and edited by me.

Selama prosesnya pun, Mba Irma ini sabar banget menghadapi saya yang double BM, aka Budget Minim tapi Banyak Mau. Pengen dekorasinya bagus tapi enggak mau keluar uang lebih dari yang udah saya alokasikan. Hahaha! Dan kali ini saya beruntung. Perpaduan konsep awal yang saya ajukan serta pendekatan dan kreativitas Mba Irma, masukkan serta bantuan dari Tante Siska, serta fasilitas Rumah Saya yang pada dasarnya udah lengkap; akhirnya budget dekorasi pun bisa di-pas-pas-in. Meskipun harus saya akui, awalnya saya cukup khawatir karena vendor dekorasi ini adalah satu - satunya yang saya pilih bukan atas rekomendasi orang lain atau karena hubungan kerabat. Hanya karena random aja liat beberapa vendor yang ada di The Bride Dept dan Bridestory. Eh, enggak taunya, justru yang sebenarnya enggak banyak ekspektasi malah dekorasi ini jadi highlight dari acara tunangan saya dan Ican. Alhamdulillah :)

4 Comments

  1. Suka banget dekorasi sama Ide seserahannya Kak. Langsung aku mulai list alias ngayal buat seserahanku *woela partner aja belum keliatan wujudnya*. Double BM nya ini nih, sebagai introvert acara begini bikin awkward ga ka? Apa karena ketemunya keluarga dekat dan rundown yang disusun sedemikian rupa, jadi minim ke awkward an nya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. HAHAHA LUKK, gapapa kali aja dari ngayal langsung ketauan wujud calonnya :)))

      Hmm masih ada sedikit awkward sihh karena aku juga pada dasarnya bukan orang yang suka ngadain pesta dan jadi center of attention, meskipun cuma kecil - kecilan begini. Tapi untungnya sih karena yg dtg jg emang keluarga dan sahabat, terus MC nya juga heboh jd bs cepet cair hehehe.

      Delete
  2. Cantik banget Ozu. Dekorasi dan venuenya :)

    ReplyDelete

Post a Comment