#ROH 35: Independent Magazine

Bisa dibilang di setiap fase dan usia yang saya lalui, pasti selalu aja ada majalah yang 'menemani' hari - hari saya. Tentunya dengan tipe majalah yang berbeda, sesuai dengan ketertarikan saya yang selalu berubah dan berbeda di setiap usia saya. Mulai dari Bobo yang merupakan majalah pertama saya saat masih duduk di bangku sekolah dasar, lalu majalah GADIS saat saya berada di sekolah menengah pertama, dilanjutkan dengan Go Girl! yang membuat saya bertahan untuk menjadi pembaca setia-nya dari sejak SMA hingga dua tahun yang lalu. Saat kuliah saya juga sempat suka banget dengan Teen Vogue dan Nylon, hingga beberapa kali rela menabung uang jajan saya demi membeli edisi terbarunya, atau malah membeli edisi lamanya di sentra buku dan majalah bekas di Cikapundung. Saat itu, bagi saya, hal yang paling menyenangkan dari sebuah majalah bukan (hanya) pada konten tulisannya, tetapi saat melihat berbagai fashion photography, illustration & artwork yang memanjakan mata saya.


Namun beberapa tahun belakangan ini, saya mulai menyadari bahwa tingkat ketertarikan saya untuk membeli majalah fashion telah berkurang. Malahan, saya lebih tertarik dengan majalah indie yang lebih banyak membahas tentang hal - hal esensial dalam hidup yang seringkali terlupakan oleh banyak orang. Misalnya seperti Frankie, sebuah majalah independen dari Australia, yang fokus pada exploring beautiful things in life through art, photography, design & craftLula, majalah independen dari Inggris, yang membahas berbagai hal terkait perempuan, and even describes itself as 'being the girl you would have crush on'; atau Kinfolk , majalah independen dari Denmark, yang ingin mengembalikan sense of community and slow lifestyle yang semakin jarang ditemukan di kehidupan masyarakat modern dan high-tech seperti sekarang ini. Tapi yaaa itu, kalau di Indonesia harga-nya kan bisa setara dengan kebutuhan lain yang lebih penting. Akhirnya satu - satunya waktu dimana saya 'memperbolehkan' diri saya untuk membeli majalah indie ini adalah saat saya sedang mengunjungi negara yang baru saya kunjungi. Berhubung hobi mengoleksi majalah ini juga udah ada sejak tujuh tahun yang lalu, jadi sekalian aja jadi ajang buat beli 'majalah mahal tapi worth it'. Haha! Yaa sama halnya dengan beberapa orang yang 'wajib' membeli tumbler Starbucks saat berkunjung ke negara yang berbeda, nah kalo saya mesti beli satu majalah lokal di setiap negara yang saya kunjungi itu :3






Hal lain yang menyenangkan dari sebuah majalah adalah saat saya selesai membacanya. Entah sejak kapan, saya menikmati diri saya untuk memanfaatkan 'isi' dari sebuah majalah yang udah enggak akan saya baca lagi, sebagai sebuah bahan untuk membuat 'prakarya' saya. Satu hal yang saya ingat sih saya udah suka menggunting bagian majalah yang saya suka dan menempelkannya di dalam diary saya sejak duduk di bangku SMP. Hobi ini berlanjut saat SMA,yang mana saya jadikan potongan - potongan majalah tersebut sebagai sampul dari binder saya karena enggak suka dengan cover binder saya yang kosong; hingga saat saya kuliah (dan berlanjut sampai sekarang), dimana saya jadikan isi majalah sebagai penghias di dinding kamar saya.

Nah, hal ini juga yang saya lakukan saat baru pindah ke Rotterdam dan mampir ke salah satu toko bukunya. Saat itu saya lagi iseng - iseng melihat majalah lokal yang ada disini. Enggak butuh waktu lama bagi mata saya untuk menangkap Flow, sebuah majalah indie yang dari cover design-nya aja udah kelihatan berbeda. Begitu saya buka isinya, saya langsung tertarik untuk membelinya karena dipenuhi dengan berbagai drawings & illustrations yang menggemaskan; walaupun saat itu untuk konten tulisannya saya belum paham dikarenakan edisi yang saya beli saat itu ditulis dalam Dutch. Tapi berhubung tujuan utama saya untuk membeli majalah saat itu bukan untuk sebagai bahan bacaan ataupun untuk koleksi (yaa secara masih ada waktu lama saya tinggal disini, jadi enggak perlu beli sekarang buat dikoleksi kan haha), melainkan untuk 'penghias' kamar saya yang saat itu masih hampa banget. Kalo kamu sempat melihat isi kamar saya di postingan #ROH 23, berbagai tempelan kertas yang di dinding kamar saya itu sebagian besarnya berasal dari majalah ini :3





Selain udah jatuh hati melihat ilustrasi dan foto di majalah ini, saya juga semakin penasaran dengan konten tulisannya. Akhirnya saya iseng - iseng cari websitenya (yang ternyata dalam bahasa Inggris), dan senang banget saat saya menemukan beberapa edisi Flow yang dicetak dalam bahasa Inggris. Rasanya waktu itu saya langsung mau beli semua edisinya!  Tapi untungnya saya masih bisa menahan kekalapan saya dan akhirnya saya putuskan untuk membelinya satu per satu. Saat itu, saya paling tertarik dengan isu ini yang membahas Self Consolation, tentang bagaimana kita bisa menghibur dan menyenangkan diri sendiri. Terlebih lagi, hanya di edisi ini mereka memberikan bonus sebuah kalendar dengan berbagai inspirational quote and useful tips.

Begitu saya baca edisi ini, saya langsung merasa kalau majalah ini saya banget! Mungkin karena konsep majalah ini yang sama banget dengan hal - hal yang saya suka.  A magazine of unhurried time, all about doing things differently and making new choices. Small happiness, daily life, and the beauty of not always managing to be perfect. This is how Flow began. It is all about positive psychology, mindfulness, creativity, and the beauty of imperfection. Baru kali ini saya merasa sangat puas membeli sebuah majalah dan penasaran dengan edisi lainnya. Bagi saya, Flow lebih dari sekedar majalah indie. Bukan hanya menjadi pengingat, tetapi juga ada beberapa bagian yang dapat mewakili berbagai pikiran yang belum bisa saya tulis :')






7 Comments

  1. Halo Nazura. Bacaaan kita sama ya, Bobo dan Gadis, hehe. Boleh dibilang sy ini pecinta majalah krn sy berlangganan beberapa majalah&tabloi, saat ini Femina, Intisari, Kontan, dan Nova. Dulu waktu ada majalah Ide Bisnis dan Sekar sy jg berlangganan. hehe. padahal ketika majalah itu sampai di rmh, sy hanya melihat dr awal sampai akhir halaman kmd menyimpan. dibacanya nanti kalau ada waktu, haha. Ada kenikmatan tersendiri memegang kertas majalah dan membukanya dari halaman satu ke halaman berikut. Biasanya jika ada artikel yg menarik spt kisah sukses atau resep masakan pasti sy kliping. Akibatnya di kamar tumpukan kliping sdh menggunung, haha. Majalah bagi sy memberikan kebahagiaan yg tdk kalah dg mereka yg menghabiskan akhir pekan di mall. bersantai di rumah sambil membaca majalah sdh cukup utk saya, haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi mba Ignas! iyaa sama banget mbaa. aku juga gitu.. pas udah selesai dibaca dari awal sampai akhir, yaa udah deh abis itu ditaro aja di rak khusus majalah, atau malah kalo yang menarik suka aku bikin kolase atau kliping juga kaya mba Ignas haha.

      Iya mbaa, padahal kelihatannya cuma "majalah", tapi bisa memberikan kebahagiaan tersendiri bagi kita. Dan yap, aku pun juga sering menikmati membaca majalah saat weekend di rumah sambil ngeteh. Menyenangkan! :')

      Delete
  2. Halo kak, kalo di Indonesia bisa dibeli dimana ya majalah Flow?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Maya. nah itu, aku belum pernah ngeliat majalah ini di Indonesia. tapi di website mereka itu bisa international shipping kok. coba aja masukkin alamat kamu di Indonesia, seharusnya bisa kok.. yaa, walaupun most likely akan mahal sekali harganya :(

      Delete
    2. Kemarin aku coba beli ternyata ongkirnya 4 kali lipat harga bukunya :'( gak jadi deh

      Delete
  3. majalahnya lucu banget mba. pengen beli juga. hehe. saya waktu kecil juga suka baca Bobo, terus aneka yess..jadi nostalgia gini baca postingan nya mba nazura kali ini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi mba Ikrimmah! iyaaa aku pun gemes banget sama majalah ini. haha ayo mba beli majalah lagi :D

      Delete

Post a Comment