Engagement Story #1: How It All Began

"Jadi tahun ini lamaran dulu? Kenapa engga langsung nikah aja?"
"Kan bisa akad dulu, resepsinya enggak apa - apa belakangan"
"Lebih cepat lebih baik loh, enggak baik ditunda - tunda"

Kira - kira begitulah kurang lebih beberapa komentar yang paling sering saya dengar selama enam bulan terakhir ini. Mulai dari yang awalnya baru sekedar rencana sampai ketika sudah bulat tekad saya dan Ican buat mengadakan acara tunangan tahun ini. Eh, enggak deng. Kalau dipikir - pikir lagi, malah komentar buat menyegerakan #IcanOzuHalal udah banyak terdengar semenjak tahun lalu. Lebih tepatnya ketika saya kembali ke Indonesia dan secara official melanjutkan kembali hubungan saya dengan Ican. Bukan cuma karena usia saya yang sudah melewati standar perempuan di Indonesia buat menikah, tetapi juga dengan kondisi saya sekarang yang agak berbeda (baca: sebelumnya single dan sedang ambil S3 di luar negeri) pastilah ada aja yang mikir takut ntar kenapa - kenapa lagi (baca: takutnya saya dan Ican putus lagi). Yaa intinya ketakutannya masih sama aja seperti yang pernah saya tulis di sebuah blog post tentang Perempuan, S3, dan Jodoh. Enggak, enggak ada yang salah kok. Mungkin diri saya lima tahun lalu juga akan melakukan hal serupa kalau melihat teman - teman saya yang udah lama menjalin hubungan dengan pasangannya, terus putus, terus balikan lagi. Dalam hal ini, saya pasti juga gregetan buat bilang, TUNGGU APALAGI SIH?!?! UDAH LANGSUNG NIKAH AJA LAAAH. Tanpa melihat lebih jauh kondisi pasangan tersebut.

Photo by Emer Photography. Edit by me. 

Sebenernya sih yaa, sebelum dikasih tau pun, saya yang-overthinking-dan-mudah-cemas ini sudah memikirkan apa rencana untuk tiga tahun ke depan. Bahkan sebelum saya dan Ican memutuskan buat balikan. Dari awal banget kami udah membahas beberapa hal krusial bagi hubungan kami, yang salah satunya adalah kapan menikah. Saat itu kami berdua setuju bahwa kami akan nikah setelah PhD saya selesai. Pun semisal ternyata kami akan menikah saat saya belum lulus, kami harus siap untuk mengganti status LDR jadi LDM (Long Distance Marriage). Sama halnya dengan manusia yang berbeda - beda, setiap pasangan juga punya prinsip, pemikiran, dan prioritas masing - masing. Bagi saya dan Ican, prinsip kami adalah menghormati dan mendukung pilihan yang sudah dipilih dan dijalankan satu sama lain sebelum kami dipertemukan kembali oleh semesta. Salah satunya adalah Ican mendukung saya untuk menyelesaikan PhD saya tepat waktu dengan hasil yang memuaskan bagi saya, sedangkan saya juga mendukung Ican untuk terus bekerja di tempat yang sudah ia pilih. Jadi dari awal memang enggak ada kata - kata buat "Oke, kita balikan, terus langsung menikah, terus Ican ikut Ozu ke Belanda atau Ozu ikut Ican ke Indonesia". Singkat cerita, rencana nikah kami saat itu masih menunggu saya selesai kuliah.    

Tapi ternyata enggak lama setelah kami bertemu di Indonesia tahun lalu, udah beberapa kali kepikiran buat menaikkan status hubungan kami tahun berikutnya (which is tahun ini). Saya enggak tau apakah ini sesuatu hal yang pasti dirasakan oleh setiap pasangan sebelum mereka menikah, tapi kami sudah berada di tahap sebegitu-yakinnya kalau memang ini udah saatnya untuk ke jenjang berikutnya. Saya pribadi sih mulai ngeh karena makin kesini setiap traveling tuh rasanya kepikiran "Duh pengen deh bisa ke sini juga bareng Ican". Bukannya kepikiran apa - apa, tapi lebih ke keinginan buat berbagi mata, pengalaman, dan kebahagiaan bersama ketimbang sendirian atau dengan teman. Terus beberapa bulan ini rasanya suka sedih sendiri kalau memposisikan sebagai Ican yang sering ke undangan, bukber, atau acara reuni sendirian dimana kebanyakan sahabatnya bawa pacar atau pasangan masing - masing. Padahal doi mah keliatannya santai aja dan enggak pernah ngeluh... cuma aku-nya aja yang baper :'( #duhinipostingankokjadibanyakcurcolnya #monmaapkulagipms #salahinajaterussipms #gapapalahyaa #daripadanyalahinorang. Ditambah pengaruh usia juga kali yaa, semakin tua rasanya semakin enggak mau berjauhan sama orang - orang tersayang (bukan cuma Ican tapi juga keluarga dan sahabat). Intinya mah, dari segi psikologis  memang udah perubahan gitu ketimbang diri saya yang sebelum - sebelumnya.

Photo by Emer Photography. Edit by me. 

Tapi tampaknya semesta memang belum mengizinkan kami untuk menikah di tahun ini. Pada akhir tahun lalu Ican baru aja pindah kerja di sebuah tempat yang ternyata memiliki peraturan yang belum membolehkan pegawainya untuk menikah sebelum keluar SK (Surat Keputusan) untuk pengangkatan pegawai tetap dan penempatan kerja. Sejujurnya saya sempat sedih juga sih begitu pertama kali mendengar dari Ican tentang peraturan tersebut. Eeeeh, enggak taunya sekarang saya bersyukur dan merasa bahwa itu jadi semacam pertanda dari Tuhan buat kami. Karena justru semakin kesini kami semakin yakin bahwa lamaran adalah jalan terbaik dengan kondisi kami berdua saat ini (yang masih menjadi #LDRfighter untuk satu setengah tahun ke depan) ketimbang menikah. Lagi - lagi ya, setiap pasangan punya preferensi masing - masing, termasuk saya dan Ican. Bagi kami yang udah lama akrab dengan LDR, dari yang awalnya cuma lintas kota sampai lintas benua (sampai dua kali pulaaa!), kami sama - sama berpikir kalau udah menikah nanti pengennya sebisa mungkin enggak berjauhan lagi. Kalau pun mentok - mentoknya terpaksa mesti LDM, seenggaknya masih di satu negara yang sama dan frekuensi ketemunya enggak sampai setahun cuma sekali. Dan meskipun ini enggak bisa digeneralisasi karena pengalaman setiap orang berbeda, tapi dari yang saya lihat, baca, dan dengar langsung dari cerita teman - teman saya, LDM apalagi buat newly wed itu rata - rata lebih berat ketimbang orang yang belum berstatus menikah. Walaupun belum pernah merasakannya langsung, dari sekarang aja saya udah bisa membayangkan sih kalau seandainya kami menikah dan harus berjauhan dalam waktu lama pasti akan terasa berkali lipat lebih berat karena enggak dipungkiri ada beberapa tanggung jawab dan kebutuhan yang berbeda dari sebelumnya.



Photo by Emer Photography. Edit by me. 

"Terusss, kenapa tunangan sekarang?" 
"Kenapa tunangannya enggak nanti - nanti aja begitu udah dekat dengan tanggal pernikahan?"
"Wah, lama juga ya jarak dari lamaran ke akad dan resepsinya... enggak takut kenapa - kenapa?"

"Insya Allah menikahnya tahun depan", setiap mendengar jawaban saya tersebut ketika ditanya kapan nikah-nya, pasti ada aja yang kembali menanyakan salah satu pertanyaan di atas. Lagi - lagi, enggak ada yang salah dengan berbagai pertanyaan tersebut. Malahan sejujurnya nih, lima tahun yang lalu saya pernah mempertanyakan hal yang sama (meskipun cuma ngebatin doang sih) ketika salah seorang teman saya tunangan dan enggak berapa lama pergi kuliah ke luar negeri :)) Anywayyy, bagi kami sendiri alasan mengadakan engagement party tahun ini karena... yaa tanggung aja kalo enggak jadi. HAHA. Maksudnya kaaan ide untuk membuat hubungan kami lebih serius ke tahap selanjutnya (entah menikah atau tunangan) sudah ada dan sempat diobrolkan melalui pertemuan kedua keluarga dari akhir tahun lalu. Toh juga ini kan niat baik untuk selangkah menuju pernikahan. Jadi kenapa enggak dilanjutkan sekalian aja kan?

Memang sih yaa, jodoh enggak ada yang tau. Bisa aja kami dari awal udah siap, tapi ternyata ada unexpected variable yang pada akhirnya mengubah rencana kami, seperti kematian atau tiba - tiba saya amnesia atau Ican mendadak dipelet sama cewek lain sampai akhirnya hilang akal. Terlepas dari itu, sejujurnya kami berdua yang udah tau jelek - jeleknya diri kami masing - masing selama delapan tahun ini, yang udah pernah ngerasain beberapa kali putus nyambung sampe keluarga dan teman - teman kami gemes sendiri ngeliatnya, yang udah pernah coba ngejalin hubungan dengan orang lain tapi tau bahwa yang paling tepat buat kami berdua adalah kami berdua (ini gimana sih kalimatnya kok agak ngebingungin ya, tapi paham kan maksudnyaaa); memang merasa bahwa kali ini satu - satunya yang bisa menggagalkan hubungan kami hanyalah rencana Tuhan #kokagakgeligimanagituyabacanya #tapimemangbegituadanya. Karena kita enggak pernah tau kan yaa sebenernya rencana Tuhan itu apa. Apakah Tuhan memang meridhoi kami berdua atau sedang bermain - main dengan kami. Tapi sejauh ini, saya masih menjadi seorang avid believer bahwa apapun rencana Tuhan, itu adalah yang terbaik. Jadi melalui pengalaman ini jadi reminder buat kami supaya kembali tawakal dan yakin bahwa enggak ada standar yang sama untuk setiap individu maupun pasangan dalam menjalani hidup. Kalau memang jodoh, enggak akan kemana kok :') 

13 Comments

  1. Congrats Ozuuuu! Lancar2 yaaa semua persiapan nikah dan sekolahny jugaa <3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Miraaa! makasih yaa. Aamiin buat doanyaa. Kamu puuun lancarrr persiapan hari H dan seterusnyaaa :)

      Delete
  2. Aku salah satu yang menanti-nanti tulisan ini :') Aku memahami gimana rasanya yakit ke pasangan itu haha. Dan setuju, setiap pasangan setiap hubungan selalu ada kondisi dan keadaannya sendiri-sendiri yang membuatnya berbeda dari orang lain. Jadi ya ga perlu takut. Aku doakan terus untuk lancar, Disertasi dimudahkan dan rencana pernikahannya juga dipermudah. Tuhan punya rencana terbaik kok, yang penting do the best! Peluk jauh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya yaa, aku baru ngerasain sekarang kalo emang "he's the one", makanya berani lanjut ke tahap ini. Makasih banyak yaa Erny buat segala support dan doa baiknya. Aku juga doain semoga persiapan kamu buat hari H dan seterusnya selalu dilancarkan. Pelukkk!

      Delete
  3. Zuu selamat yaa! Semoga lancar persiapan nikah dan S3-nya. Sebagai salah satu LDR survivor lintas benua, aku bisa relate banget dengan semua yg Ozu tulis di atas hehe. Semangat ya Zu, semoga semua urusan dilancarkan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dixieee! Makasih buat doanya yaa. Iyaa kan Dix, jadi aku enggak lebay kan yaa dengan berbagai kegalauan LDR ini :)) Doakan semoga aku bisa jadi LDR survivor juga kaya kamu yaa dan segera melepas per-LDR-an ini hahaha.
      Kamu pun semoga dilancarkan yaa segala urusan di tempat yang baru :)

      Delete
  4. ozu sayang, selamat ya. aku mendoakan yang terbaik. dimudahkan dan dilancarkan semua.

    ReplyDelete
  5. Congratulation kak ozuuuu . Semoga dilancarkan segala urusanmu aamiinn

    ReplyDelete
  6. Congratulation kak ozuuuu . Semoga dilancarkan segala urusanmu aamiinn

    ReplyDelete
  7. Salam kenal kak ozu... baru pertama kali mampir di blog ini dan langsung jatuh hati. Hahahaha...mungkin karna kondisi sy yang juga yg mirip2. Makasih kak, jadi semangat nih!!!

    ReplyDelete
  8. Saya baca dari yg tentang lanjut S3, jodoh, jadi kepo ke IG. Dan tertarik baca tulisan kakak. Dan dr yg saya baca dari awal, saya jadi penasaran bagaimana pada akhirnya jodoh itu datang. 😅 dan kebetulan jg saya sedang berhubungan LDR dgn seseorang.jadi baca tulisan ini kaya membuka pemikiran yg baru lagi. Jadi memang kalau sudah jodoh tidak akan kemana2

    ReplyDelete

Post a Comment