Pagi itu saya terbangun dengan perasaan campur aduk. Padahal semua persiapan sudah lengkap, tapi tetap sulit untuk menghilangkan kecemasan dan rasa deg - degan yang menghinggap dari tiga hari sebelumnya. Sekitar jam tujuh pagi, sesuai dengan rundown dan juga kesepakatan kami, Benta memberi kabar kalau dia sudah di parkiran Rumah Saya. Awalnya saya ragu menghubungi Benta, yang hampir enggak pernah komunikasi sejak selesai PK (Persiapan Keberangkatan) LPDP tiga tahun lalu. Paling mentok ya sekedar memberi komen di Instagram. Tapi saya tau dua hal dari Benta: dia jago make-up dan tipe orang yang enggak ragu untuk membantu orang lain apalagi temannya. Jadi saya langsung kepikiran dengan Benta ketika Shasha, sepupu saya yang juga MUA favorit saya, ternyata udah di-book untuk acara lain di hari yang sama dengan lamaran saya. Hal lain yang membuat saya semakin respect dengan Benta adalah terlepas dari pertemanan kami yang sebenarnya bisa memberi celah buat lebih "fleksibel" memperlakukan saya, Benta tetap bersikap profesional. Bayangin aja saat hari H sebenarnya dia belum tidur sama sekali dan udah beberapa hari lembur kerja, tapi tetap datang tepat waktu dan hasil make-up nya tetap sebagus biasanya! :') Lalu enggak lama dari Benta datang, Rio beserta tim dari Emer Photography juga tiba di Rumah Saya untuk mendokumentasikan acara hari itu. Kalau Emer ini adalah bisnis sampingan Rio dan istrinya, Mecul, yang enggak lain adalah teman saya di Planologi ITB. Dengan kesamaan hobi dalam fotografi, akhirnya mereka membuat Emer yang khusus mendokumentasikan acara lamaran, akad, dan resepsi. Sayangnya di hari itu Mecul enggak bisa datang karena sedang ada pelatihan terkait pekerjaan utamanya.
Oke, sekarang udah siap semua.
Perasaan campur aduk itu sempat hilang sesaat ketika saya sedang bersiap - siap. Tapi begitu waktu menunjukkan 10.15, perasaan itu kembali datang. Sekitar sepuluh menit sebelumnya, semua anggota saya sudah stand by di Rumah Joglo, sedangkan saya ceritanya "bersembunyi" di Rumah Utama. Kalau sesuai dengan yang tertera di rundown, keluarga Ican sudah seharusnya tiba di parkiran Rumah Saya. Dan benar aja, enggak lama kemudian dari jauh terdengar sayup - sayup suara Kak Tia yang menjadi MC acara ini, tanda bahwa keluarga Ican memang sudah datang. Di tengah - tengah menunggu acara yang sudah dimulai, saya justru kebingungan mau ngapain dan malah semakin cemas karena memikirkan bagaimana kondisi di sana. Untungnya ada keponakan saya, Azka, yang tiba - tiba datang menghampiri saya dan akhirnya menemani hingga tiba saatnya saya "keluar". Saya beruntung banget sih ditemani Azka, jadi bisa curcol soal kecemasan saya yang dibalas dengan jawaban simpel nan logis. Meskipun masih usia 8 tahun, Azka ini entah kenapa bisa dewasa banget, apalagi dengan pembawaannya yang terkadang cool dan berwibawa, bisa berhasil bikin saya tenang. Dan empat puluh menit pun akhirnya enggak terasa lama. Dari jauh terlihat sosok para bocah, yang enggak lain adalah keponakan - keponakan saya lainnya, Khalif, Reya, dan Moi; yang kemudian disusul oleh Bunda, Unicha, dan Gladyz. Di sini saya juga cukup kaget karena rencana awalnya hanya dijemput oleh Bunda dan Unicha. Tapi malah seneng sih karena kehadiran para bocah jadi membuat suasana semakin meriah. Apalagi ketika melihat wajah bingung-nya Reya begitu pertama kali melihat saya tanpa kacamata dan menggunakan make-up. Semakin membuat rasa cemas dan deg - degan saya hilang.
Begitu saya sampai di Rumah Joglo, ternyata saat itu masih berlangsung sesi "tanya-jawab" yang sebelumnya diinisiasikan oleh Ayah. Jadi ceritanya untuk lebih mencairkan suasana, Ayah meminta Ican untuk menunjuk ketiga perwakilan dari keluarga dan sahabat saya untuk mengetes seberapa kenal Ican dengan saya. Akhirnya saat itu yang terpilih adalah Ali, Aldi, dan Fia. Dan kebetulan saat menjawab pertanyaan dari Fia, ada insiden lucu dimana Ican salah menyebut nama sahabat saya yang seharusnya 'Fia' jadi 'Anna'. Langsung aja seketika diceng-cengin karena lupa dengan dua sahabat saya! :)) Setelah puas ngegodain Ican, baru deh saya dipersilahkan untuk duduk. Nah, saat itu lah saya baru menyadari satu hal yang enggak terbersit sama sekali sebelumnya di pikiran saya. Bahkan enggak ada yang mengingatkan juga untuk memasukkan hal ini. Dan itu adalah jawaban saya ketika MC menanyakan, "Jadi bagaimana jawaban dari Ozu?". Saat itu saya terdiam dan bingung, karena Ican kan mengajukan pertanyaannya sebelum saya datang. Jadi menurut saya akan terdengar aneh kalau saya tiba - tiba jawab, "Iya, saya bersedia". Berasa kaya kegeeran gitu kan, wong enggak ditanya apa - apa kok tiba - tiba pede ngejawab bersedia jadi tunangan orang! :)) Seolah - olah terlihat jelas wajah kebingungan saya, Kak Tia menggoda saya dengan nyeletuk, "Wah ternyata masih enggak yakin nih dengan Ican". Di satu sisi bagus, sih jadi mencairkan suasana juga... cuma masalahnya, saya masih kebingungan menjawab. Saya mencoba bertanya ke Ayah dan Bunda yang berada di sebelah saya, tapi malah dicengin lagi. Sampai tiga kali digodain, akhirnya Kak Tia "menyerah" dan membantu saya untuk menjawab, yang akhirnya terlontar jawaban "Iya, saya menerima lamaran Ican". Walaupun sebenarnya masih terdengar aneh di telinga saya karena terkesan saya menjawab tanpa ditanya gitu, kan! Haha.
Dan akhirnya setelah itu acara kembali berjalan lancar dan syahdu, dengan sesekali celetukan seru dan meriah dari Kak Tia, hingga saatnya penutupan dan sesi foto bersama.
Dan akhirnya setelah itu acara kembali berjalan lancar dan syahdu, dengan sesekali celetukan seru dan meriah dari Kak Tia, hingga saatnya penutupan dan sesi foto bersama.
Terlepas dari acara yang berjalan lancar dan sesuai rencana, ada beberapa pembelajaran yang saya dapatkan dari mengurus acara lamaran ini. Dan mungkin bisa bermanfaat buat kalian yang akan menyelenggarakan lamaran terutama dengan konsep yang serupa dengan kami :)
1. Mematangkan kembali konsep acara yang "intimate"
Mungkin karena baru kali ini konsep lamaran tanpa keluarga besar diadakan di keluarga saya dan Ican, jadi kami pun cukup bingung untuk menentukan pengaturan dalam beberapa hal. Pertama, mau berapa banyak sahabat yang akan diundang. Bagi saya dan Ican, kami awalnya hanya mau mengundang 10 orang sahabat tapi akhirnya setelah dihitung kembali, akhirnya kami mengundang 15 orang. Meskipun pada akhirnya ada yang udah konfirmasi enggak bisa datang, kami enggak menambah undangan karena memang yang ingin kami undang adalah teman - teman dekat kami.
Lalu hal lainnya adalah terkait seragam. Berhubung ini lamaran kecil, awalnya kami enggak merasa perlu membuat seragam dan bahkan make-up seadanya. Cuma setelah dipikir kembali, intimate bukan berarti enggak spesial. Dan salah satu cara untuk menjadikan acara ini lebih spesial adalah dengan menyeragamkan pakaian keluarga. Akhirnya kami setuju untuk menyeragamkan pakaian masing - masing keluarga dengan warna yang senada. Berhubung anggota keluarga saya cukup banyak, salah satu tips supaya enggak over budget adalah mencari bahan buat kakak dan adik saya di Thamrin City! Murah meriah. Keliatan bagus padahal murah ;)
Hal terakhir yang perlu diperhatikan, dan sempat missed dalam acara ini, adalah kesepakatan saya dan Ican untuk melibatkan sahabat kami sebagai "keluarga" atau "tamu". Kalau Ican dari awal sudah mengajak beberapa sahabatnya untuk ikut sebagai bagian dari rombongan, sedangkan saya mengira bahwa untuk prosesi awal hanya dihadiri oleh keluarga inti. Karena itulah saya membebaskan sahabat saya untuk enggak datang dari awal. Akhirnya karena miskom ini jadinya meskipun total sahabat kami yang datang sebenernya enggak beda jauh, tapi di awal acara memang terlihat cukup jomplang karena kebanyakan sahabat saya baru datang di tengah, penghujung, maupun setelah acara selesai. Alhasil keluarga saya sempat agak panik dan khawatir karena di awal acara sisi bagian saya terlihat "kosong" :))
Lalu hal lainnya adalah terkait seragam. Berhubung ini lamaran kecil, awalnya kami enggak merasa perlu membuat seragam dan bahkan make-up seadanya. Cuma setelah dipikir kembali, intimate bukan berarti enggak spesial. Dan salah satu cara untuk menjadikan acara ini lebih spesial adalah dengan menyeragamkan pakaian keluarga. Akhirnya kami setuju untuk menyeragamkan pakaian masing - masing keluarga dengan warna yang senada. Berhubung anggota keluarga saya cukup banyak, salah satu tips supaya enggak over budget adalah mencari bahan buat kakak dan adik saya di Thamrin City! Murah meriah. Keliatan bagus padahal murah ;)
Hal terakhir yang perlu diperhatikan, dan sempat missed dalam acara ini, adalah kesepakatan saya dan Ican untuk melibatkan sahabat kami sebagai "keluarga" atau "tamu". Kalau Ican dari awal sudah mengajak beberapa sahabatnya untuk ikut sebagai bagian dari rombongan, sedangkan saya mengira bahwa untuk prosesi awal hanya dihadiri oleh keluarga inti. Karena itulah saya membebaskan sahabat saya untuk enggak datang dari awal. Akhirnya karena miskom ini jadinya meskipun total sahabat kami yang datang sebenernya enggak beda jauh, tapi di awal acara memang terlihat cukup jomplang karena kebanyakan sahabat saya baru datang di tengah, penghujung, maupun setelah acara selesai. Alhasil keluarga saya sempat agak panik dan khawatir karena di awal acara sisi bagian saya terlihat "kosong" :))
2. Jangan sampai dipusingkan dengan hal - hal kecil!
Selama beberapa bulan sebelum hari H, setiap kali ditanya oleh keluarga dan sahabat saya tentang persiapan dan apa yang bisa mereka bantu, saya selalu menjawab "udah semua kok, enggak ada yang perlu dibantu lagi kayanya". Namun menjelang hari H, begitu kembali mengecek to-do-list, ternyata banyak yang belum dilakukan! Dan ternyata sebagian besarnya justru hal - hal kecil yang terlihat sepele, seperti make-up buat keluarga saya dan Ican, kotak seserahan buat makanan, pengaturan makanan supaya enggak basi, flashcards buat MC, sound system, pengaturan kotak seserahan, playlist acara, serta daftar para anggota keluarga dan sahabat yang hadir untuk diperkenalkan. Alhasil sisi panik saya keluar dan sehari sebelum acara tiba - tiba aja saya mual, lemas, dan sakit perut enggak jelas. Kayanya semua itu enggak akan kejadian kalau saya enggak menyepelekan hal - hal kecil dan mau "berbagi" tugas dengan orang - orang disekitar saya. Karena dengan berbagi tugas dari awal juga bisa sekalian mereview kembali jika ada yang kurang.
3. Manfaatkan "karya" orang - orang di sekitarmu
Dari awal membuat acara ini, saya dan Ican udah kepikiran kalau bisa menggunakan jasa dari teman - teman kami yang berkecimplung di dunia kreatif. Alhasil, hampir setiap hal yang dipersiapkan untuk lamaran ini adalah hasil karya orang - orang di sekitar saya, baik teman, saudara, maupun kenalan dari keluarga/teman. Mulai dari venue, katering, fotografer, MUA, kebaya, hingga panitia kecil yang membantu keberjalanan acara ini. Satu - satunya vendor yang bukan dari relasi kami hanyalah dekorasi. Bagi kami rasanya lebih personal aja kalau yang menghandle adalah orang - orang yang kami kenal, karena bukan sekedar partner bisnis. Oh iya, selain membantu bisnis mereka, malah dengan ada hubungan kerabat juga bisa membantu kami "mengontrol" budget, loh :))
Baiklah, sekian cerita tentang acara tunangan saya dan Ican. Doakan supaya persiapan pernikahan kami tahun depan bisa berjalan lancar juga yaa! :)
Dari awal membuat acara ini, saya dan Ican udah kepikiran kalau bisa menggunakan jasa dari teman - teman kami yang berkecimplung di dunia kreatif. Alhasil, hampir setiap hal yang dipersiapkan untuk lamaran ini adalah hasil karya orang - orang di sekitar saya, baik teman, saudara, maupun kenalan dari keluarga/teman. Mulai dari venue, katering, fotografer, MUA, kebaya, hingga panitia kecil yang membantu keberjalanan acara ini. Satu - satunya vendor yang bukan dari relasi kami hanyalah dekorasi. Bagi kami rasanya lebih personal aja kalau yang menghandle adalah orang - orang yang kami kenal, karena bukan sekedar partner bisnis. Oh iya, selain membantu bisnis mereka, malah dengan ada hubungan kerabat juga bisa membantu kami "mengontrol" budget, loh :))
Baiklah, sekian cerita tentang acara tunangan saya dan Ican. Doakan supaya persiapan pernikahan kami tahun depan bisa berjalan lancar juga yaa! :)
Ternyata venuenya mirip venue lamaran dan nikahanku. Walaupun hasil dekormu jauuuuuh lebih kece. Karena aku baca blogmu dari jaman kamu belum s2 dulu, rasanya happy lhoh baca tulisan orang hingga yang nulis berproses sejauh ini! I am happy for you!
ReplyDeleteIyaa aku pas baca blog kamu tentang lamaran kamu juga ngerasa kalo venue kita mirip :))
Deleteaww, thank you Erny! aku pun seneng ngeliat cerita hidup kamu dari yang awalnya masih skripsi-an terus sekarang udah jadi istri orang, hihi. Semoga kita bisa terus blogging ke depannya jadi bisa update cerita satu sama lain ;)
Seneng banget baca tentang persiapan hari lamarannya, semoga dilancarkan nanti sampai hari H pernikahannya yaa, Mbak Nazu :)
ReplyDeleteTerima kasih byk Kendisza buat support dan doanya. Semoga didengar Tuhan doanya :')
Deletekamu pun semoga dilancarkan segala urusannya yaaa :)
Aku masih seneeeng banget baca ini :). Selamat sekali lagi dan semoga terus dihujani bahagia. Peluk
ReplyDeleteMakasiiih buat support dan doanyaa. Aamiin :D
Delete(Dan sesungguhnya aku penasaraan ini siapaa. Soalnya enggak terlacak dari link blog-nya huhuh)
tahniah yea nazura... dah lama x ikuti blog kamu..baca-baca aja tahu kamu dah bertunang!
ReplyDelete