Minggu lalu, tepatnya setelah beberapa bulan, akhirnya saya menemukan kembali drama yang bisa membuat saya terus menonton hingga semalaman! Karena itu juga saya kembali bersemangat buat meneruskan tulisan yang udah lebih dari setahun hanya disimpan sebagai draft. Meskipun saya termasuk yang menikmati drama Korea, tapi sejujurnya enggak semudah itu bagi saya untuk bisa menerima semua drakor yang sedang hype atau banyak direkomendasikan oleh orang lain. Ada aja faktor yang bikin saya jadi enggak melanjutkan nonton setelah episode pertama atau kedua dan ketiga. Sinematografi, akting dan chemistry para pemain utamanya, serta plot cerita yang konsisten adalah beberapa faktor penentu buat lanjut nonton atau engga. Dan ternyata susah loh menemukan drama yang memenuhi semua persyaratan itu!
Seringkali saya menemukan drama dengan pemainnya yang terkenal dan ceritanya yang sebenernya bagus tapi karena chemistry antar pemainnya enggak kuat, saya pasti akan skip dari awal. Atau beberapa kali saya temukan drama yang kelihatannya menarik tapi karena sinematografi-nya enggak bagus, jadi akhirnya males. Makanya saya enggak rutin nonton drama dan ada masanya saya enggak nonton drama sama sekali hanya karena lagi enggak ada yang memenuhi kriteria tersebut. Walaupun mesti diakui sih saya sangat menikmati momen di mana bisa ketagihan berjam - jam hanya untuk menonton drama. Lalu dilanjutan dengan fan-girling moment yang bisa sampai kebawa mimpi. Ahh, enggak nyangka loh ternyata menemukan drama yang bisa membuat saya kembali seperti itu jsutru membawa kebahagiaan tersendiri. Kalo keseringan seperti ini memang enggak baik yaaa, tapi untungnya ini cuma terjadi sesekali aja kok ;)
Awalnya saya tau drama ini karena rekomendasi dari salah seorang teman, katanya drama ini bikin hati-nya berdebar. Saya pun jadi penasaran dan langsung mengecek Temperature of Love karena kebetulan di saat itu lagi enggak ada drama yang begitu menarik. Saya inget banget waktu itu kebanyakan drama yang sedang on-air memiliki tema yang mirip. Enggak jauh - jauh dengan pekerjaan di dunia kedokteran, killer series, dan drama fantasi. Belum lagi harus disertai dengan adegan pembunuhan atau kecelakaan sebagai 'twist'-nya. Sesekali nonton enggak apa sih, tapi lama kelamaan kan bosen juga ya. Nah, di saat itu lah drama ini seperti menjadi oasis *asek*.
(+) : Ceritanya sih sebenernya standar banget, tentang perjalanan cinta antara dua orang yang keduanya memiliki ego tinggi untuk saling menunjukkan perasaan sayangnya satu sama lain hingga menjadi boomerang bagi hubungan mereka. Tapi ada banyak hal yang membuat drama ini terasa begitu nyaman mulai dari pengambilan detail dan suasana lokasi shooting-nya, pekerjaan kedua pemain utamanya sebagai chef dan penulis yang akan selalu menarik buat saya, hingga yang paling saya suka sih chemistry antara kedua pemainnya, Seo Hyun Jin dan Yang Se Jong. Seperti yang teman saya bilang, membuat saya sebagai penonton juga ikut berdebar ketika menontonnya. Dan yang enggak sering saya temukan di drama lain adalah begitu banyak conversation yang quotable dan relatable dengan cerita cinta yang pernah saya lalui #cieilaaah. Jadi yaa bentar - bentar kaya "duhh iya banget sih ini". Haha!
(-) : Sama seperti kebanyakan drama yang saya tonton, satu hal yang sulit untuk dipertahankan adalah bagaimana bisa menjaga plot dari awal hingga akhir drama. Selain sempat bosen ditengah - tengah karena alur ceritanya yang bertele - tele, ending-scene nya pun terasa flat banget. Sampai saya berpikir, "oh, beneran gini doang nih endingnya?"
(+) : Semua kriteria utama saya dipenuhi oleh drama ini saat menceritakan kehidupan tiga aktivis dan nasionalis Joseon di era 1930. Mulai dari akting dan chemistry para pemainnya yang sangat natural. Sinematografi dengan vivid tone (I'm an avid fan of vivid tone movie) serta pengambilan angle yang membuat saya sebagai penonton enggak merasa bosan tapi juga enggak membuat flow menjadi putus karena pergantian angle yang dinamis. Detail (backdrop, outfit, setting, hairstylist) yang luar biasa. Flow yang intense dan plot yang enggak ketebak sama sekali berhasil bikin emosi saya naik terus dari episode pertama hingga akhirnya meledak - ledak di episode terakhir. Terakhir, drama ini juga bisa memperlihatkan love story yang berbeda dari biasanya, tentang mengorbankan diri termasuk membunuh perasaan sendiri demi mempertahankan negara mereka. Itu juga salah satu hal yang membuat drama ini terasa lebih sedih dari drama lainnya.
Seringkali saya menemukan drama dengan pemainnya yang terkenal dan ceritanya yang sebenernya bagus tapi karena chemistry antar pemainnya enggak kuat, saya pasti akan skip dari awal. Atau beberapa kali saya temukan drama yang kelihatannya menarik tapi karena sinematografi-nya enggak bagus, jadi akhirnya males. Makanya saya enggak rutin nonton drama dan ada masanya saya enggak nonton drama sama sekali hanya karena lagi enggak ada yang memenuhi kriteria tersebut. Walaupun mesti diakui sih saya sangat menikmati momen di mana bisa ketagihan berjam - jam hanya untuk menonton drama. Lalu dilanjutan dengan fan-girling moment yang bisa sampai kebawa mimpi. Ahh, enggak nyangka loh ternyata menemukan drama yang bisa membuat saya kembali seperti itu jsutru membawa kebahagiaan tersendiri. Kalo keseringan seperti ini memang enggak baik yaaa, tapi untungnya ini cuma terjadi sesekali aja kok ;)
Warning: postingan ini mengandung spoiler!
Temperature of Love (7.5/10)
Awalnya saya tau drama ini karena rekomendasi dari salah seorang teman, katanya drama ini bikin hati-nya berdebar. Saya pun jadi penasaran dan langsung mengecek Temperature of Love karena kebetulan di saat itu lagi enggak ada drama yang begitu menarik. Saya inget banget waktu itu kebanyakan drama yang sedang on-air memiliki tema yang mirip. Enggak jauh - jauh dengan pekerjaan di dunia kedokteran, killer series, dan drama fantasi. Belum lagi harus disertai dengan adegan pembunuhan atau kecelakaan sebagai 'twist'-nya. Sesekali nonton enggak apa sih, tapi lama kelamaan kan bosen juga ya. Nah, di saat itu lah drama ini seperti menjadi oasis *asek*.
(-) : Sama seperti kebanyakan drama yang saya tonton, satu hal yang sulit untuk dipertahankan adalah bagaimana bisa menjaga plot dari awal hingga akhir drama. Selain sempat bosen ditengah - tengah karena alur ceritanya yang bertele - tele, ending-scene nya pun terasa flat banget. Sampai saya berpikir, "oh, beneran gini doang nih endingnya?"
Oh My Ghost & Strong Woman Do Bong Soon (8/10)
Alasan utama saya nonton kedua drama ini awalnya adalah karena Park Bo-Young. Sejak aktingnya di Speedy Scandal, A Werewolf Boy, dan Hot Young Blood, saya langsung memasukkan Bo-Young sebagai aktris Korea favorit saya. Drama pertama yang saya tonton adalah Strong Woman Do Bong Soon. Meskipun di beberapa episode pertama saya sempat enggak suka karena dramanya terlalu cheesy dan dibuat - buat, ehhh ujungnya saya ketagihan juga deh karena sering dibuat ketawa. Malahan saya sempat gagal move on dan sampai sekarang masih berharap Park Bo-Young dan Park Hyung-Sik beneran jadian karena chemistry mereka yang sangat kuat dan sangat natural. Apalagi setiap ngeliat cara Hyung-Sik ngeliat Bo-Young tuh rasanya pengen gulet - gulet sendiri akutuuu saking deg - degannya :"""""""""")
Berbeda dari SWDBS, dari episode pertama nonton Oh My Ghost, saya langsung enggak bisa berhenti nonton sampai episode 9! Untung waktu itu nontonnya hari Sabtu, jadi bisa begadang semalaman dan langsung diberesin hari Minggu. Hahah! Setiap episode adaaa aja adegan yang lucu dan bikin ketawa ngakak. Apalagi delapan episode pertama sebelum semakin banyak "drama" dan konten ceritanya masih sangat ringan, beneran menghibur sekali sih melihat kelakuan Jung-Suk dan Bo Young. Anyway, setelah beberapa episode, saya menyadari satu hal kalau drama ini banyak kemiripan dengan SWDBS. Selain kemiripan nama Bo-Young di kedua drama tersebut, yang paling terasa sih chemistry antara dia dan kedua lawan mainnya, yaitu Jong-Suk dan Hyung-Sik. Setelah beberapa kali melihat akting Bo-Young, saya bisa bilang kalo di beberapa film lainnya chemistry dia enggak sekuat dan senatural perannya ketika di kedua drama ini.
(+) : Meskipun ada beberapa episode yang cukup intense, tapi overall kedua drama ini sangat ringan. Enggak akan bikin sampe nangis cirambay atau bikin emosi jiwa bergejolak berkepanjangan. Sempetlah emosional sesaat, tapi tertutupi dengan happy ending. Jadi cocoklah buat kamu yang lagi pengen ketawa dan dihibur, karena asli yaa kedua drama ini lucu dan gemes bangeeet.
(-) : Kedua drama ini juga punya kemiripan dari segi ceritanya yang cheesy, enggak real, dan dibuat - buat. Belum lagi adegan culik - culikan di episode terakhir yang bukannya bikin saya nangis tapi pengen nyinyir :))
Alasan utama saya nonton kedua drama ini awalnya adalah karena Park Bo-Young. Sejak aktingnya di Speedy Scandal, A Werewolf Boy, dan Hot Young Blood, saya langsung memasukkan Bo-Young sebagai aktris Korea favorit saya. Drama pertama yang saya tonton adalah Strong Woman Do Bong Soon. Meskipun di beberapa episode pertama saya sempat enggak suka karena dramanya terlalu cheesy dan dibuat - buat, ehhh ujungnya saya ketagihan juga deh karena sering dibuat ketawa. Malahan saya sempat gagal move on dan sampai sekarang masih berharap Park Bo-Young dan Park Hyung-Sik beneran jadian karena chemistry mereka yang sangat kuat dan sangat natural. Apalagi setiap ngeliat cara Hyung-Sik ngeliat Bo-Young tuh rasanya pengen gulet - gulet sendiri akutuuu saking deg - degannya :"""""""""")
(-) : Kedua drama ini juga punya kemiripan dari segi ceritanya yang cheesy, enggak real, dan dibuat - buat. Belum lagi adegan culik - culikan di episode terakhir yang bukannya bikin saya nangis tapi pengen nyinyir :))
Weightlifting Fairytale Kim Bok Joo (8/10)
Ini adalah salah satu drama yang dari episode pertama udah bikin ketagihan buat enggak berhenti nonton. Sama seperti Temperature of Love, drama ini punya plot cerita yang biasa tapi real, sehingga jika dipadukan dengan chemistry kuat dan akting yang bagus justru membuat drama ini jadi enggak biasa. Selain itu karena ada beberapa hal dari drama ini yang cukup relatable, ketika menonton ini bukan hanya sekedar menonton tapi seperti mendengar cerita dari sahabat terdekat. Mulai dari ketengilan Nam Joo Hyuk dan keluguan Lee Sung Kyung jadi bikin saya teringat akan masa - masa SMA dan kuliah sarjana dulu. Serta saat melihat beberapa para pemainnya mengalami mental breakdown yang pas banget dengan kondisi saya saat itu dalam masa pemulihan dari depresi.
(+): Selain lagi - lagi karena chemistry kedua pemain utamanya yang kuat (hingga saya pun sangat nge-ship NJH dan LSK sampai sekarang), kelebihan lainnya adalah plot ceritanya yang enggak kelamaan sehingga bisa mempertahankan flow dari awal sampai akhir. Oh iya, ini juga sedikit drama yang hampir satu album OST-nya saya suka karena enak semuaa. Favorit saya I'll Pick You Up dan Dream. Oh iya! saya juga suka banget dengan kedua outfit NJH dan LSK yang sangat SWAG :))
(-): Ketika nonton, kadang saya merasa bosan karena second (and third) lead couple di drama ini enggak terlalu menarik sehingga ketertarikan saya buat menonton drama ini hanya tertumpu pada cerita NJH dan LSK.
Chicago Typewriter (8.5/10)
Sebelum nonton Mr.Sunshine, drama ini adalah satu - satunya yang berhasil buat saya patah hati berkepanjangan sampai enggak mau dengerin OST-nya karena dengernya aja bikin mau nangis. Apalagi yang judulnya "Writing Our Stories", waduhh, bahkan sampai sekarang setiap dengerin lagu ini masih menyayat hati karena mengingatkan saya dengan ceritanya yang tragis. Selain memang karena beberapa poin yang saya cantumkan di bawah, memasukkan drama ini dengan nilai 8.5 sebenernya agak bias (mengingat yang versi modern-nya enggak gitu bagus) juga karena saya suka banget dengan Han-Se Joo yang di era 1930, baik dari karakter maupun penampilannya. Idaman aku banget gitu :"""")
(-) : Satu hal yang selalu disayangkan dari drama ini adalah modern story-nya yang justru membuat drama ini medioker. Seandainya drama ini hanya fokus pada cerita di masa Joseon, tanpa ragu saya akan memposisikannya setara dengan Mr.Sunshine!
Kalo beberapa drama sebelumnya berhasil bikin saya kesemsem karena dari awal cerita para pemainnya udah memiliki chemistry dari hubungan mereka yang "manis", nah kalo di drama ini chemistry kuat di antara kedua pemain utamanya terasa di cara yang enggak biasa. Dikemas dengan tiga pasangan yang masing - masing punya karakter dan pandangan berbeda tentang arti sebuah ikatan dan pernikahan, drama ini sangat menarik terutama buat yang belum menikah.
Because This is My First Life (9/10)
Kalo beberapa drama sebelumnya berhasil bikin saya kesemsem karena dari awal cerita para pemainnya udah memiliki chemistry dari hubungan mereka yang "manis", nah kalo di drama ini chemistry kuat di antara kedua pemain utamanya terasa di cara yang enggak biasa. Dikemas dengan tiga pasangan yang masing - masing punya karakter dan pandangan berbeda tentang arti sebuah ikatan dan pernikahan, drama ini sangat menarik terutama buat yang belum menikah.
(+) : Keunggulan drama ini terletak di karakter unik kedua pemain utama yang diperankan oleh Lee Min-Ki dan Jung So-Min. Berbagai pesan yang ingin disampaikan di drama ini berhasil disampaikan secara ringan dan enggak ngebosenin. Ini juga yang saya suka drama ini karena bisa bikin ketawa ngakak tanpa harus ngasih jokes yang dibuat - buat atau reaksi yang berlebihan. Selain itu drama ini juga punya klimaks yang enggak biasa. Sebenernya sederhana sih tapi jika dipahami lebih dalam ternyata bikin emosi bergejolak hingga air mata pun akhirnya enggak bisa terbendung lagi *asek(2)*.
(-) : Sebenernya enggak ada hal yang bikin saya enggak suka dengan drama ini. Semuanya pas! Tapi saya pribadi merasa enggak bisa menyamakan BTIMFL dengan Reply 1988 dan Mr.Sunshine karena tingkat kompleksitas seperti plot, karakter, emosi, backdrop, detail, serta sinematografi yang diberikan drama ini enggak sebesar kedua drama tersebut.
Reply 1988 (9.5/10)
Ini adalah drama yang sering saya rekomendasiin ke teman - teman saya yang enggak suka k-drama karena alasan "abisnya bosen sih tentang cinta - cintaan terus". Ada siiih bumbu - bumbu cinta tapi bukan jadi fokus utamanya. Meskipun kalo googling "Reply 1988" pasti yang keluar kebanyakan tentang pro-kon ending drama ini antara Hyeri dengan Bo-Gum atau Jun-Youl :)) Oh iya, saya sendiri suka drama ini karena bisa dinikmati pelan - pelan. Enggak seperti drama lainnya yang cuma dihabiskan dalam waktu semalam dua malam (kecuali yang saya ikuti saat masih on-air), saya baru selesai nonton Reply 1988 setelah berbulan - bulan. Mungkin karena alur ceritanya yang enggak intense dan setiap episode ada isu khusus yang diangkat jadi bikin drama ini enggak terikat antar episode-nya. Satu - satunya yang bikin intense yaa itu sih pas masa - masa cinta segitiga antara Hyeri, Bo-Gum dan Jun-Youl.
(+) : Satu hal yang paling saya salutin dari drama ini adalah bisa menjaga alur cerita dari awal hingga akhir dengan sangat baik terlepas dari banyaknya pemeran utama (lima keluarga dengan total lima belas pemain!!!). Belum lagi banyak banget isu yang disampaikan, terutama tentang keluarga, yang di dalamnya mencakup hubungan antara setiap hubungan anggota keluarga mulai dari, suami-isteri, ibu-anak, bapak-anak, antar saudara; yang masing - masingnya bisa dibedakan lagi berdasarkan permasalahannya. Hebatnya, setiap keluarga dan karakter punya power tersendiri. Mungkin karena semua pemerannya jago akting dan dari awal cerita ini enggak memberikan gap besar antara para pemain di layer utama, kedua, dan ketiga; sehingga ketika satu episode fokus ke pemain di layer ketiga, saya masih bisa menikmatinya.
Kalo dari segi teknis, saya paling suka sinematografi-nya yang bikin saya ngerasa lagi nonton film ketimbang drama, scoring (suara kambing-nya the best sih!), dan yang paling salut yaa segala macam detail di drama ini jadi ngasih banyak gambaran ke saya sebagai non-Korean yang hidup di beda jaman dengan mereka. Anyway, buat kamu yang pengen nonton, jangan lupa nyiapin makanan (nasi atau ramyeon) ketika lagi nonton ini. Pengalaman saya tiap kali nonton bawaannya jadi mau makan mulu :))
Kalo dari segi teknis, saya paling suka sinematografi-nya yang bikin saya ngerasa lagi nonton film ketimbang drama, scoring (suara kambing-nya the best sih!), dan yang paling salut yaa segala macam detail di drama ini jadi ngasih banyak gambaran ke saya sebagai non-Korean yang hidup di beda jaman dengan mereka. Anyway, buat kamu yang pengen nonton, jangan lupa nyiapin makanan (nasi atau ramyeon) ketika lagi nonton ini. Pengalaman saya tiap kali nonton bawaannya jadi mau makan mulu :))
(-) : Alur yang lambat dan panjang (masing - masing episode 1.5 jam) membuat saya beberapa kali gagal fokus buat nonton satu episode penuh karena merasa bosan. Terus hal lain yang enggak saya suka dari Reply 1988... ending-nya kenapa Hyeri sama Bo-Gum sihhh? :'( #timHyeriRyuJunYoul
Mr. Sunshine (10/10)
Untuk pertama kalinya saya nonton drama yang sampai bikin mata bengkak setelah nonton dua episode terakhirnya. Selain karena very sad ending, setelah drama ini selesai saya ngerasa kaya abis diputusin sama pacar aja gitu saking udah terlalu attached dengan para pemainnya. Saya juga bingung kenapa bisa sesuka itu sama drama ini. Selama ini saya cari k-drama untuk menghibur melalui ceritanya yang ringan dan happy ending. Tapi yang satu ini, selain ceritanya berat, banyak adegan yang cukup sadis, ehh, sad ending pula! Mungkin itu juga sih kelebihan drama ini karena bisa tetap memberi kesan yang mendalam meskipun drama ini awalnya bukan tipe saya banget sih.
(+) : Mr. Sunshine ini memiliki keunggulan yang dimiliki oleh Weightlifting Fairy Kim Bok Joo (outfit Kim Tae Ri dan Kim Min Jung), Chicago Typewriter (literally semua yang saya tulis sebagai keunggulan drama ini juga dimiliki oleh Mr.Sunshine), Because This is My First Life (bisa bikin ketawa ngakak dengan jokes yang enggak dibuat - buat dan sarkasme terutama antara Lee Byung Hun, Yoo Yeon Sook dan Byun Yo Han), dan Reply 1988 (sinematografinya yang tingkat film dan segala macam detail di drama ini jadi ngasih banyak gambaran ke saya sebagai non-Korean yang hidup di beda jaman dengan mereka). Hal lainnya yang patut diacungi jempol adalah chemistry antar pemainnya terutama Lee Byung Hun dan Kim Tae Ri dengan gap usia 20 tahun tapi tetep kelihatan natural. Mereka juga bisa nunjukkin kalo chemistry yang kuat itu enggak harus dengan kissing atau adegan romantis yang berlebihan.
(-) : Tadinya saya pengen masukkin "sad ending" sebagai kekurangan drama ini. Tapi setelah dipikir - pikir lagi, mungkin memang ending yang dibuat adalah ending terbaik dari segala scenario :(
0 Comments
Post a Comment