Roma, 26 April 2016.

Akhirnya aku bisa bernafas lebih lega kali ini, setelah beberapa jam lalu melewati berbagai drama yang membuatku tidak mungkin untuk tidak merasa cemas. Bagaimana aku bisa tenang? Dimulai dari papan pengumuman di Stasiun Rotterdam Central yang entah bagaimana bisa - bisanya salah menulis nomor platform untuk keberangkatan menuju Brussels Airport. Kalau saja aku telat menyadari bahwa kereta yang berhenti di belakangku adalah kereta yang sudah kutunggu selama satu jam di stasiun, mungkin perjuanganku untuk berangkat lebih pagi hingga harus melewati hujan es yang tiba - tiba saja jatuh dari langit Rotterdam, akan berakhir sia - sia. Iya, demi menghemat puluhan euro, aku akhirnya memutuskan untuk mencapai Roma dari Brussels dibandingkan langsung dari kota tempat tinggalku. Dan sialnya lagi, aku terlanjur membeli tiket pesawat sebelum ada pengeboman beberapa bulan lalu di Brussels Airport. Alhasil, sesampainya disana, aku harus menunggu di sebuah tempat yang lebih mirip dengan tenda para tentara dibandingkan sebuah bandara internasional. Lengkap dengan para tentara yang siaga memegang senjata mereka, tersebar di berbagai sudut tempat ini. Aku pun tidak kuasa untuk menahan rasa cemasku. Disini juga tempat dimana semua calon penumpang, mulai dari maskapai kelas atas hingga maskapai yang sering memberikan harga cuma - cuma, harus menunggu sambil berdiri berdesakan hingga dipanggil oleh petugas bandara. Tapi untungnya, terlepas dari kondisi yang tidak bisa dibilang nyaman itu, para petugas terlihat sangat bertanggungjawab untuk menuntun para calon penumpang sehingga akhirnya kami bisa masuk ke bagian bandara yang masih utuh. Dan ya, setelah dua jam mengudara, kali ini aku benar - benar menginjakkan kakiku di kota cantik ini. Ciao, Roma! Essere buono con me.  




Saat ini jam menunjukkan pukul empat sore. Berarti aku masih punya waktu sekitar satu jam lagi untuk sampai di Trevi Fountain, tempat dimana aku akan bertemu dengan Mba Vicky, Mas Andie, Chaca dan Chika. Ah, iya. Karena kemarin sore aku masih harus menghadiri kuliah sesi terakhir, sebagai gantinya aku harus merelakan untuk kehilangan pemandangan dari Rotterdam menuju Milan dan Roma. Biarlah, mungkin kali ini aku belum berjodoh dengan Milan. Lagipula, siapa yang akan mencari Milan saat sudah ada Roma di depan mata? Orang itu pasti bukan aku. Karena saat ini aku sedang terpana dengan keindahan kota ini. Ada sesuatu yang istimewa dari Roma, yang tidak dimiliki oleh Paris, Barcelona, bahkan London sekalipun. Aku belum bisa mencari kata - kata yang tepat untuk menggambarkan perasaanku ini. Mungkin karena ini pertama kalinya aku melihat sisa - sisa reruntuhan di masa lalu yang hadir di tengah modernitas kehidupan kota, sehingga membuatku seperti berada dalam masa yang berbeda. Atau mungkin juga karena bangunan pastel lengkap yang dihiasi oleh jendelanya dengan warna berbeda, namun di mataku perbedaan tersebut justru membuat mereka terlihat cantik. Atau justru karena hujan rintik - rintik yang saat ini membasahi jalanan bebatuan di kota ini. Namun apapun alasan sebenarnya, satu hal yang pasti... kamu telah berhasil mengambil hatiku, Roma. 




Duh. Aku masih enggak habis pikir dengan diriku sendiri, kok masih aja mau makan di restoran dekat dengan tempat turis. Udah makanan yang kupilih rasanya enggak enak, pemilik restoran ini juga jutek sekali. Daritadi aku sudah berusaha ramah, tapi enggak sekali pun senyumku dibalas olehnya. Kalau dipikir - pikir ini semua salahku juga sih. Padahal Martina sudah mengingatkan supaya jangan makan di sekitar para turis berkumpul. In Rome you should avoid to eat straight in the centre close to the monuments: experience, probably nothing special. Tapi apa daya, aku enggak bisa jauh - jauh dari Trevi Fountain karena sudah hampir empat puluh menit berlalu hingga beberapa kali aku bolak - balik, tapi belum juga melihat Mba Vicky dan Mas Andie. Lagipula perutku juga udah enggak bisa diajak kerjasama lagi sejak roti gandum yang aku makan untuk sarapan tadi pagi dan sisa cokelat yang aku makan saat baru sampai di Fiumicino Airport. Dan bagaimana aku bisa sebodoh ini, memilih secangkir Iced Black Coffee untuk diminum bersama Tuna Sandwich? Bahkan seorang Italian sekalipun mungkin enggak akan pernah menggunakan kombinasi tersebut. Errr. Padahal baru saja beberapa bulan aku resmi jadi penggemar kopi, tapi sekarang udah sok - sokan mau coba kopi hitam supaya lebih berasa di Italia.  




Akhirnya aku putuskan untuk melanjutkan perjalananku seorang diri sambil mengunjungi beberapa sudut kota Roma lainnya yang tertulis di dalam secarik kertas berisi rencana perjalananku. Dengan pertimbangan jarak yang enggak terlalu jauh, maka tujuan berikutnya adalah Piazza di Spagna. Terlepas dari sedikit rasa kecewa yang kurasakan saat melihat tempat ini sedang direnovasi, sebenarnya aku merasa senang dengan pilihanku untuk datang kesini. Melewati beberapa jalan kecil di sekitar Piazza ini yang sedang dipenuhi oleh payung - payung berjalan, entah mengapa justru memberikan kehangatan tersendiri bagiku. Mungkin semesta memang tau bahwa hari ini adalah satu - satunya waktu dimana aku bisa meresapi energi yang dimiliki kota ini. Mendengar percakapan antara penjual kacang dengan si pembelinya; melihat sepasang kekasih yang sedang berteduh sambil menunggu hujan mereda; mendengar alunan musik klasik yang dimainkan oleh sekelompok pemain musik jalanan; serta melihat sebuah keluarga yang sedang mengobrol sambil menikmati santapan makan malam mereka di dalam sebuah restoran yang dihiasi oleh tanaman rambat yang cantik. Saat ini aku hanya bisa tersenyum sambil mengucap janji dalam hati bahwa suatu saat aku akan menikmati suasana setelah hujan di kota ini, namun dengan ditemani orang - orang tersayangku.    



11 Comments

  1. Yeay! akhirnya banyak foto cantik terpampang di sini.
    Gaya tulisan mbak ozu udah beda aja, sampai aku harus ngecek ulang alamat web yang ku baca.
    Tulisan penulis banget deh (yang di novel atau cerpen gitu). jadi ga sabar baca buku mbak ozu juga baca novel atau cerpen2 mbak ozu yang lain.
    happy fasting mbak ozuuu :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha aku juga lama kelamaan bosan ngeliat blog aku isinya lebih banyak tulisan daripada foto.

      Terus aku lagi kangen nulis ala - ala novel sama cerpen, padahal dulu suka banget. jadi begini deh hasilnya, coba diterapkan di blog haha.

      Selamat puasa juga buat kamu mbaaa yunitaa :D

      Delete
    2. Ternyata ngga cuma aku yang merasakan kalo gaya nulis kak ozu beda hahaha Tapi... aku pribadi lebih suka gaya kak ozu cerita seperti biasanya entah kenapa tapi berasa lagi dengerin kak ozu bener-bener lagi cerita sama aku (walaupun yaa kita belum pernah tatap muka) dan lebih kak ozu banget (sepertinya) hehehehe tapi yang ini juga ngga kalah oke kak bahasanya udah penulis banget cocok! Ngga sabarrr nunggu buku kak ozu kok ga nyampe nyampe hehe

      Delete
    3. Haha iyaa yaa naa? aku malah merasa tulisan aku saat cerita traveling gitu malah makin membosankan, makanya aku lagi coba - coba gaya tulisan baru :D tapi tenang ajaa, nanti juga akan balik lagi ke gaya tulisan lama kalau aku udah mulai bosan sama gaya tulisan ini hehe.

      Ahh maafkaan menunggu lamaa.. aku juga baru nanyain lagi ke penerbitnya, insya Allah dikirim dan sampai minggu ini ke para pemesan PO nya. semoga beneran sampai minggu ini yaa :')

      Delete
  2. Kak Ozuuuu, fotomu sumpah cakep banget. Dan tulisan ini bener-bener bikin aku masuk seolah-olah jadi kamu yang lagi jalan di ROma haha. Bayangin aja dulu, kesananya kapan-kapan. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaahh senangnyaa, berarti tulisan ala - ala aku berhasil dong yaa. padahal kukira bakalan failed gitu, karena selama ini belum pernah nulis kaya gini di blog kaan hihi.

      iyaa, justruuu dari bayangin itu malah yang bikin jadi beneran kaan :D

      Delete
    2. Jadi inget awal2 ngeblog dulu buat nulis cerpen haha. Iya berhasil kak 😄

      Jadi ada impian kesana haha

      Delete
  3. bahasa penulisannya lebih suka yang dulu kak ozu huhu. but still inspiring ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha iyaa nih aku lg bosen sama gaya tulisanku seperti biasanya.. ntar kalo udah bosen nulis kaya gini, pasti akan balik ke gaya tulisan yang biasanya kok :D

      Delete
  4. Kak Nazu sumpahhhh liat foto-foto kakak jadi makin penasaran sama Italy!!! Cobbled-stones and narrow streets-nya itu <3<3

    btw can't wait for you Cinque-Terre post kaaak :")

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi semoga kamu bisa segera kesini yaa Neriii :D

      Delete

Post a Comment